Neraca dagang Indonesia di bulan April 2021 kembali mencetak surplus, untuk menandai tren perbaikan selama 12 bulan beruntun. BPS mencatat surplus neraca dagang April mencapai USD2,19 miliar.
Kinerja ekspor diperkirakan tumbuh sekitar 43,5% (yoy), dimana kinerja ekspor ditopang oleh peningkatan harga komoditas ekspor seperti CPO dan bijih besi.
Neraca perdagangan Indonesia selama kuartal I/2021 mencatat surplus sebesar USD5,52 miliar, namun terhadap China masih membukukan defisit sebesar USD2 miliar.
Badan Pusat Statistik mecatat surplus neraca dagang Indonesia sangat tinggi dengan beberapa negara di Maret 2021, antara lain Amerika Serikat (AS), Filipina, dan India.
Neraca perdagangan Jawa Timur (Jatim), secara kumulatif, selama Januari - Februari 2021 defisit sebesar USD389,26 juta. Hal ini disumbang dari selisih perdagangan ekspor-impor
Surplus neraca perdagangan diperkirakan paling lama hanya bertahan hingga semester I/2021 seiring pemulihan ekonomi di dalam negeri yang mendorong konsumsi.
Nilai tukar rupiah diprediksi menguat terhadap dollar AS (USD) pada hari ini dipengaruhi sentimen megastimulus AS dan surplusnya neraca perdagangan Indonesia.
Kinerja neraca perdagangan (NP) Indonesia mampu mengungguli AS dan China. Publikasi terbaru BPS, kinerja NP Indonesia surplus USD2,01 miliar pada Februari 2021.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia Februari 2021 mengalami surplus USD2 miliar, dimana menurut Kepala BPS Suhariyanto menjadi kabar sangat menggembirakan.
Neraca dagang pada bulan Februari diperkirakan bakal mengalami kenaikan alias surplus menjadi USD2,62 miliar, dari bulan sebelumnya sebesar USD1,96 miliar.
Peningkatan nilai ekspor tersebut cukup tinggi di tengah kontraksi pertumbuhan ekonomi. Ekspor nonmigas naik sebesar 12,5% sepanjang Januari 2021 menjadi penyubang terbesar surplus neraca perdangangan.
Ketua GPEI Benny Soetrisno mengatakan bahwa surplus yang terjadi sebenarnya bukan karena kinerja ekspor Indonesia sudah baik, namun karena impor turun.