Rudal Oreshnik terbang dengan kecepatan Mach 10, atau 3 km per detik, menurut purnawirawan kolonel Angkatan Darat Rusia dan analis militer Viktor Litovkin kepada Sputnik. Baca juga: Rusia Sekarang Memiliki....
Rudal Oreshnik terbang dengan kecepatan Mach 10, atau 3 km per detik, menurut purnawirawan kolonel Angkatan Darat Rusia dan analis militer Viktor Litovkin kepada Sputnik.
Seorang kolonel Amerika Serikat (AS) yang sudah pensiun mengatakan Rusia sekarang memiliki hak penuh untuk menyerang target-target milik NATO. Baca juga: Biden Izinkan Ukraina Serang Rusia dengan Rudal....
Rusia memang hanya memiliki satu-satunya kapal induk yakni Laksamana Kuznetsov. Berbeda dengan Amerika Serikat yang memiliki banyak kapal induk, salah satunya adalah USS Abraham Lincoln yang menjadi target....
Sehari setelah dilaporkan bahwa Presiden AS Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan amunisi buatan Amerika untuk menyerang wilayah yang lebih dalam di dalam Rusia, Kyiv menembakkan rudal jarak jauh....
Upaya oleh sekutu NATO untuk berpartisipasi dalam menyediakan kemungkinan serangan jarak jauh dengan senjata Barat jauh ke wilayah Rusia tidak akan luput dari hukuman, kata bos mata-mata Rusia.
Doktrin nuklir baru Rusia kemungkinan akan memaksa AS dan negara-negara Barat lainnya untuk mempertimbangkan kembali dukungan militer mereka terhadap Ukraina.
Pada dini hari 19 Juni 2024, pukul 2 pagi, Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un muncul di Bandara Sunan, Pyongyang. Dalam suasana yang tegang, sebuah pesawat mendarat, dan Presiden Rusia Vladimir Putin,....
Presiden Rusia Vladimir Putin secara resmi telah menandatangani doktrin nuklir nasional baru yang menguraikan skenario di mana Moskow akan diberi wewenang untuk menyebarkan persenjataan nuklirnya.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Ukraina mengatakan akan menutup sementara sebagai bentuk kewaspadaan karena mereka memperkirakan akan ada serangan Rusia.
Barat harus memperhatikan doktrin nuklir terbaru Rusia, yang mencerminkan hak dan kemampuan Moskow untuk mempertahankan diri dari ancaman. Itu diungkapkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.