Minat investor masih tinggi terhadap lelang Surat Utang Negara (SUN) di tengah kondisi dinamis pasar keuangan global yang dipengaruhi oleh ekspektasi sikap hawkish atau agresif The Fed.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati melaporkan realisasi pembiayaan utang hingga Mei 2022 mengalami penurunan 72,5% berdasarkan data APBN terbaru.
Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil mengembangkan pembiayaan syariah yang digunakan untuk proyek besar maupun kecil termasuk sektor swasta.
Meskipun kondisi dunia sedang dibayangi pandemi dan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, Indonesia tetap menjadi incaran para investor, terutama asing.
BEI mengingatkan potensi terjadinya gagal bayar alias default dari perusahaan penerbit obligasi dan sukuk yang mengalami kerugian saat jatuh tempo pembayaran.
Melalui kerja sama dengan skema burden sharing, Bank Indonesia atau BI akan memborong surat utang pemerintah dengan nilai tertentu dengan bunga yang lebih rendah dari pasar.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) dimungkinkan mendapat angin segar kedua sejalan penguatan ekonomi terutama dalam mendukung imbal hasil surat utang pemerintah AS.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, penawaran yang masuk dari lelang SUN pekan ini sebesar Rp69,95 triliun.
Lonjakan kasus positif Covid-19 yang akan berdampak pada perekonomian nasional, diperkirakan tak akan memengaruhi kondisi pasar keuangan Indonesia, khususnya perdagangan SBN.
Sudah sebulan lamanya, sejak PT Tridomain Performance Materials Tbk (TDPM) menyatakan gagal bayar (cross default) atas seluruh surat utang senilai Rp 1,4 triliun yang diterbitkan perusahaan.
PT Waskita Karya Realty (WSKR) beserta entitas anak perusahaan PT Waskita Fim Perkasa Realti (WFPR) menerbitkan surat utang jangka menengah atau Medium Term Note (MTN) senilai Rp250 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut B Pandjaitan mengatakan, di tengah krisis dunia, performa sovereign bond Indonesia patut dibanggakan.