IAEA juga mengungkapkan keprihatinannya bahwa Iran belum mengklarifikasi pertanyaan atas situs-situs di mana diduga ada aktivitas nuklir yang dirahasiakan.
Iran menuturkan, kesepakatan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah berakhir, yang berarti IAEA tidak bisa lagi memantau situs nuklir Iran.
Jerman, Inggris, dan Prancis, mendesak Iran untuk membatalkan keputusannya untuk menangguhkan implementasi Protokol Tambahan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT) dengan IAEA.
Badan pengawas nuklir PBB menemukan partikel uranium di dua situs Iran yang diinspeksi setelah berbulan-bulan dihalangi dan tengah bersiap untuk menegur Teheran
Iran menolak negosiasi ulang dalam program nuklirnya. Pernyataan itu untuk menolak saran kepala IAEA bahwa pemulihan kesepakatan memerlukan dokumen baru.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan AS menekan Iran untuk menjelaskan asal partikel uranium yang ditemukan hampir dua tahun silam di lokasi yang tak diumumkan sebelumnya.
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi menuturkan Iran pada tahap ini tidak memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk membuat satu bom nuklir di bawah definisi resmi IAEA.
Iran akhirnya memberi akses pada Badan Energi Atom Internasional untuk mengawasi dua lokasi yang diduga pernah menjadi tempat aktivitas rahasia terkait nuklir.
Kepala Organisasi Energi Atom Iran Ali Akbar Salehi menyatakan perundingan dengan kepala Badan Energi Atom Internasional Rafael Grossi berlangsung konstruktif.
Kepala IAEA Rafael Grossi akan melakukan kunjungan pertama ke Teheran dalam peran resminya untuk menekan Iran memberi akses pada dua lokasi nuklir mencurigakan.