Harga minyak mentah naik tajam di perdagangan Asia pada hari Rabu (18/10/2023), setelah ledakan mematikan di sebuah rumah sakit Gaza yang tampaknya telah menghambat upaya diplomatik AS dalam perang Israel-Hamas.
Perang Israel-Hamas berpotensi memicu kenaikan harga minyak, meski sifatnya terbatas dengan asumsi ekskalasi konflik meluas dan melibatkan berbagai negara lain.
Perang antara Hamas dan Israel diprediksi bisa menimbulkan salah satu risiko geopolitik paling signifikan terhadap pasar minyak sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Harga minyak melonjak hampir 6% pada akhir perdagangan Jumat kemarin (13/10/2023) dan minyak jenis Brent membukukan kenaikan mingguan tertinggi sejak Februari.
Harga minyak turun akibat kekhawatiran terjadi gangguan suplai akibat konflik di Timur Tengah. Minyak mentah Brent terakhir turun 51 sen, atau 0,58%, menjadi USD87,14 per barel pada Rabu (11/10).
Menteri Keuangan atau Menkeu, Janet Yellen mengatakan, Amerika Serikat (AS) bakal menindak tegas terhadap upaya penghindaran pembatasan harga minyak Rusia.
Direktur Eksekutif Institute For Development Of Economic And Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan perang Israel-Hamas membuat harga minyak bergejolak.
Harga minyak mentah dunia melonjak di tengah kekhawatiran bahwa situasi di Israel dan Gaza dapat mengganggu produksi emas hitam tersebut dari Timur Tengah.
Operasi Badai Al-Aqsa yang diluncurkan para pejuang Hamas yang sukses memberikan pukulan tak terduga pada Israel dinilai akan berdampak pada harga minyak.
Pembatasan harga pada minyak mentah Rusia oleh negara-negara kaya yang tergabung dalam G7 dinilai tidak berjalan sesuai dengan rencana. Hal ini diakui oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet....
Harga minyak mentah kembali mengalami kenaikan pada perdagangan, Senin (25/9/2023), ketika investor mencemaskan pasokan yang lebih ketat setelah Rusia mengeluarkan larangan sementara ekspor bahan bakar.
Merespons kemungkinan lonjakan harga minyak mentah dunia ke level tertinggi 2023 hingga USD93,70 per barel, berdampak hingga BBM Subsidi seperti Pertalite. Begini kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif.