Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40% di atas normalnya.
Wilayah Indonesia bagian tengah dan timur memiliki potensi gerakan tanah cukup tinggi pada Oktober dan hal itu tak beda jauh apabila dibanding bulan sebelumnya.
BNPB meminta seluruh pemerintahan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sudah memulai sosialisasi kesiapsiagaan dampak badai la nina di wilayah masing-masing.
BNPB mengimbau setiap keluarga untuk mengidentifikasi risiko bencana yang ada di sekitar karena kesiapsiagaan dibutuhkan untuk menghindari korban jiwa.
BMKG meminta pemerintah mengantisipasi datangnya musim hujan menyusul terdeteksinya La Nina di Samudra Pasifik berdampak terhadap tingginya curah hujan.
Sebagian wilayah di Jawa Tengah telah memasuki musim penghujan. Kalangan DPRD Jateng mengingatkan agar dilakukan pemetaan bencana sekaligus pemetaan titik-titik pengungsian.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan tren curah hujan sejak tahun 1.900 hingga tahun lalu 2019 terlihat curah hujan semakin meningkat bahkan menunjukkan tren curah hujan ekstrem.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 1 Oktober 2020 mengidentifikasi terjadinya fenomena La Nina dengan pada level moderat mulai terjadi di Samudera Pasifik.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengeluarkan peringatan dini atas potensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dalam durasi singkat di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Indonesia patut mewasdai dampak dari anomali iklim La Nina yang sedang berkembang di Samudra Pasifik, berdasarkan pemantauan hingga akhir September 2020.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bakal terjadi fenomena La Nina yang menyebabkan musim hujan datang lebih awal dan berlangsung lama.