Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global stabil serta berlanjutnya disinflasi ketika merilis pembaruan World Economic Outlook.
IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,1% pada 2025. IMF menyebut Indonesia berhasil melakukan transformasi ekonomi dengan luar biasa.
Pangsa dolar AS dalam cadangan resmi turun sebesar 0,85% antara Juli dan September tahun ini, dan sekarang berada pada 57,4% level terendah sejak 1995.
Krisis likuiditas sedang terjadi di seluruh negara berkembang, meningkatkan tekanan pada lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia yang didukung AS untuk membantu negara-negara miskin.
IMF menyebut ketegangan perdagangan, keterpurukan sektor properti China, dan potensi gejolak pasar lebih lanjut meningkatnya risiko terhadap ekonomi Asia.
Negara-negara BRICS tengah membahas pembentukan lembaga pemeringkat untuk memfasilitasi proses investasi dalam kelompok tersebut yang bebas pengaruh Barat.
Rusia menegaskan bahwa BRICS yang mewakili 37% ekonomi global perlu menciptakan alternatif bagi IMF guna melawan tekanan politik dari negara-negara Barat.
IMF dinilai terlalu lembut dalam hal mengkritik kebijakan ekonomi China dan seharusnya mengungkapkan sepenuhnya soal jaminan pembiayaan yang diberikan oleh China.
Mantan perwakilan Brasil di Dana Moneter Internasional (IMF) Paulo Nogueira Batista mengatakan bahwa dolar Amerika Serikat telah menjadi mata uang yang berbahaya.
Jokowi mengatakan bahwa saat ini dunia sedang mengahadapi gejolak ketidakpastian dan tantangan yang tidak mudah dengan banyaknya pekerjaan yang hilang.
Sembilan negara Eropa memprotes rencana IMF yang ingin melanjutkan misi ke Rusia. Keinginan pemberi pinjaman global untuk membangun kembali hubungan dengan Rusia disebutkan bisa merusak reputasi IMF.