Indonesia National Air Carrier Association (INACA) mengungkapkan bahwa terdapat tiga tantangan yang dihadapi industri penerbangan di Indonesia.

Asosiasi maskapai penerbangan nasional (Inaca) bekerja sama dengan Airbus melakukan pelatihan kepada awak pesawat agar tidak kehilangan kendali dalam penerbangan.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat bergantung pada konektivitas transportasi udara, dalam rangka melancarakan mobilitas manusia maupun distribusi logistik.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama INACA kompak menumbuhkan rasa aman dan nyaman berwisata pascamusibah jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182.

Arus lalu lintas (lalin) menuju Bandar Udara Soekarno-Hatta terpantau padat menjelang kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, pada hari ini.

INACA (Indonesia National Air Carriers Association) optimis jumlah penumpang pesawat bisa meningkat di semester II/2020, meski masih di tengah pandemi Covid-19.

Inaca menyebut pergerakan angkutan udara maupun penumpang pesawat sudah mulai membaik. Adanya pergerakan tersebut dimulai dari Juni, Juli hingga Agustus 2020.

INACA menyarankan agar para pemangku kepentingan bersinergi untuk menyelesaikan krisis di industri penerbangan akibat terimbas pandemi Covid-19.

Dari sisi penumpang sudah berangsur pulih dan aktivitas mulai meningkat walau belum kembali seperti akhir 2019. Angka aktivitas penumpang saat ini berkisar di 10-20%.

Kepercayaan mengenai rasa aman akan terus diberikan maskapai di dalam negeri, bahkan bisa jadi akan berlomba berkampanye mengenai aman dalam berpergian dengan pesawat.

Pembatasan kapasitas 50% akan sangat merugikan maskapai. Sementara physical distancing di dalam pesawat bisa dilakukan dengan kapasitas maksimal 70%.

Jadi kalau maskapai jualan online, kemudian lewat travel agent ini menurut saya, filtrasinya tidak dijalankan dengan baik.

INACA mengapresaisi kenaikan tarif tiket terkait pelaksanaan PSBB, dimana ada pengurangan jumlah kapasitas tempat duduk bagi penumpang pesawat sebanyak 50%.