JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT) Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengingatkan perlunya kewaspadaan bersama terkait masih adanya fenomena radikalisasi online yang membuka jalan untuk aksi "lone wolf". Pola ini kerap kali menyasar remaja, anak dan perempuan.

"Kemajuan teknologi informasi, mendorong semakin masifnya online radicalization yang melahirkan self radicalization dan juga lone wolf. Berdasarkan hasil penelitian I-Khub Outlook BNPT 2023, menunjukkan bahwa tiga kelompok rentan yaitu remaja, anak, dan perempuan, menjadi sasaran utama pola ini. Ini kita harus waspadai bersama," ujarnya, saat silaturahmi dengan masyarakat dan pelajar Indonesia di Melbourne, Australia, dikutip Selasa (19/9/2023).

Dalam lawatannya ini, Kepala BNPT beserta jajaran diterima oleh Konsul Jenderal RI Kuncoro Waseso di Kantor Konsulat Jenderal RI, Melbourne.

Baca juga: Kepala BNPT Usul Kontrol Rumah Ibadah Dinilai demi Menjaga NKRI

Menurut Kepala BNPT ke- 6 ini, fenomena tersebut dapat ditangani dengan terus membangun kesadaran publik secara bersama-sama melalui kontra radikalisasi di dunia digital. Tujuannya agar publik memiliki ketahanan diri sehingga terhindar dari ajaran - ajaran yang bertentangan dengan ideologi bangsa.

Baca juga: Upaya BNPT Evaluasi Penanggulangan Ekstremisme Mengarah Terorisme

Meski di tengah fenomena tersebut, Rycko menyebut adanya peningkatan tren toleransi di tengah masyarakat Indonesia yang juga disebabkan penurunan jumlah kelompok intoleran pasif sesuai dengan data Setara Institute 2023. "Angka ini (nilai toleransi) meningkat disebabkan karena menyusutnya kelompok intoleran pasif yang pada 2016 sebesar 35,7% menjadi 22,4% di 2023" ujar Rycko.

Mantan Kapolda Jawa Tengah ini, terus mengingatkan seluruh lapisan masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan-perubahan strategi yang dilakukan oleh kelompok radikal intoleran, khususnya generasi muda agar dapat membangun Indonesia yang aman,damai, dan harmoni.