floating-Gegara Predatory Pricing...
Gegara Predatory Pricing Social Commerce, UMKM Tekstil Lokal PHK Karyawan
Gegara Predatory Pricing...
Gegara Predatory Pricing Social Commerce, UMKM Tekstil Lokal PHK Karyawan
Senin, 25 September 2023 - 10:52 WIB
JAKARTA - Ikatan Pengusaha Konveksi Bandung (IPKB) Nandi Herdiaman mengatakan adanya serangan impor yang harganya di bawah pasar atau predatory pricing di social commerce menurunkan permintaan UMKM lokal.

"Imbasnya terjadi penurunan produksi bukan cuma 1 atau 2 pabrik, bahkan ribuan. Ditambah dampak pengangguran bahkan hingga jutaan," kata Nandi dalam diskusi bersama Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) dikutip dari keterangan tertulis, Senin (25/9/2023).

Baca Juga: Marak Predatory Pricing, TikTok Shop Nyaris Bikin Bangkrut Pabrik Tekstil di Jabar

Menurut Owner PT Santosa Kurnia Jaya Dudi Gumilar, UMKM tekstil sudah memproduksi sesuai dengan permintaan pasar, tetapi akhir-akhir ini marak impor barang-barang tersebut membuat bahan menumpuk.

"Kami kesulitan menjual hampir 1,5 juta meter bahan menumpuk di pabrik sementara produksi masih berjalan. Kami juga tidak tahu sampai kapan masih bisa produksi, mohon bantuan untuk perlindungan pasar kami," ucapnya.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan, saat ini perdagangan global memang sedang tidak baik-baik saja.

China yang merupakan produsen atau manufaktur besar dunia, banyak barangnya yang tak terserap di negara-negara besar seperti di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Sehingga mereka berusaha mencari pasar baru yang trade barrier-nya lemah.

"Jangan sampai Indonesia hanya dijadikan market, karena Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar nomor empat dunia. GDP kita masih lebih baik dan inflasi Indonesia cukup terkontrol dibanding negara lain. Tak heran Indonesia dibidik menjadi salah satu pangsa pasar. Jika tidak pintar-pintar memasang trade barrier, ekosistem ini akan hancur berimbas ke hulu," katanya.

Baca Juga: Pasar Tanah Abang Sepi Parah, Pedagang Desak Pemerintah Bubarkan TikTok Shop Cs

Teten menilai praktik predatory pricing di social commerce menjadi penyebab menurunnya permintaan terhadap UMKM tekstil lokal.

"Saya mendapat informasi ada indikasi marak impor pakaian jadi maupun produk tekstil yang tak terkendali. Harga yang murah ini adalah predatory pricing di platform online, memukul pedagang offline dan dari sektor produksi konveksi juga industri tekstil dibanjiri produk dari luar yang sangat murah," ujar Menteri Teten.

Menurut Teten, penurunan permintaan telah menekan omzet bahkan lebih lanjut berdampak pada penurunan produksi dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bagi karyawan UMKM.

Sementara, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Barat (Jabar) Rachmat Taufik G menambahkan, angkatan kerja di Jabar mencapai 24 juta orang, sebesar 70 persen bukan dari pekerja formal. Akibat banyak pabrik menurun kapasitas produksinya lantaran menurunnya daya beli, semakin menambah ancaman PHK.

"PHK secara resmi kecil, tetapi dari data BPJS Ketenagakerjaan yang mengambil JHT artinya yang tak bekerja lagi mencapai lebih dari 150 ribu orang," beber Rachmat.
(nng)
Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :
KUR BRI Antarkan Wanita...
KUR BRI Antarkan Wanita Ini Sukses Olah Kelor Jadi Aneka Pangan yang Digemari
Darurat PHK, Puan Maharani:...
Darurat PHK, Puan Maharani: Harus Ada Program Padat Karya Digelorakan!
Kementerian UMKM Apresiasi...
Kementerian UMKM Apresiasi Lazada Dukung Pelaku Usaha di Medan
Dorong Pertumbuhan Ekonomi...
Dorong Pertumbuhan Ekonomi Inklusif, Kementerian BUMN Gelar Pelatihan UMKM Naik Kelas
Ini Tujuh Peran BRI...
Ini Tujuh Peran BRI Bangun Ekonomi Indonesia dan Maknai Hari Kebangkitan Nasional