TANGERANG -
Industri properti akan dihadapkan dengan hajatan
Pemilu 2024 pada Februari mendatang. Diperkirakan peluang ekonomi bertumbuh tetap ada di tahun tahun politik karena merupakan kondisi berpola musiman.
Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengatakan, di 2024 sejauh ini proyeksi sekitar 5% dan terindikasi stabil. Tapi menurutnya properti itu ada siklus, seperti sebuah jam bergerak ke atas. Selama 3 tahun pergerakkan terhambat karena ada pandemi, dan saat ini untuk hunian berada pada jarum jam di angka 7, siap bergerak ke atas.
“Dan sektor hunian itu berada di jam 7, siap bergerak ke atas. Dan proyek yang sudah berprogres pembangunannya akan lebih bagus, siap menyambut pasar. Artinya saat pasar bergerak maka
timing-nya pas,” kata Ferry Salnto dalam seminar dengan tema Bagaimana Pasar properti di Tahun Politik di Alam Sutera, Tangerang, Senin (16/10/2023).
Baca juga: Menko Airlangga: Indonesia Telah Menjadi Tujuan Investasi Properti Terbaik di Dunia Lebih lanjut Ferry menegaskan kondisi properti sebelumnya tertahan karena efek pandemi. Tahun ini mulai bergerak dan perlahan naik. Namun saat ini banyak
developer menahan pengembangan proyek baru. Tidak seperti 5-7 tahun lalu pembangunan apartemen cukup masif, terutama
hunian vertikal karena saat ini memang harus hati-hati
Terkait potensi pasar apartemen, Ferry menegaskan saat ini investor yang karakternya mencari yield saat ini jumlahnya berkurang sejak 2022. Di mana pasar apartemen didominasi investor, khususnya kelas menengah atas.
“Di tahun 2023, pasarnya beda. Pasar apartemen dari data yang kita lakukan pada kuartal II 2023 lalu didominasi
end user, mencapai 54%. Mereka membeli melihat dari progres proyeknya, atau produk sudah jadi, karena ini lebih confident,” lanjutnya.
Selain itu segmen
end user, menurut Ferry, membeli karena ada keperluan untuk dihuni, dan sudah saatnya
time to buy’s. “Fakta
end user ini diperkuat juga data OJK (Otoritas Jasa Keuangan), pada akhir tahun lalu saving dana masyarakat di bank meningkat, dan cukup besar. Nah, ini peluang, bagaiamana bisa megedukasi mereka untuk berinvestasi di properti, meyakinkan mereka meyakinkan mereka memindahkan dananya ke apartemen sebagai investasi yang menguntungkan,” jelasnya.
Secara umum investor properti mempunyai kecenderungan untuk mengambil sikap
wait and see atau menunda keputusan investasi. Namun ada juga yang justru mengambilpeluang ketika harga properti belum naik, mengambil
opportunity. Dan ini beda dengan segmen landed house yang tetap kuat, dan ini perlahan bisa terjadi di hunian vertikal karena kubutuhan hunian tinggi.
Chief Marketing Officer (CMO) Elevee CondominumAlvin Andronicus mengakui, jualan hunian vertikal saat ini perlu melakukan hal berbeda. Misalnya memanfaatkan media sosial sebagai alat pemasaran. ”Elevee Condominium juga secara berkala memberikan informasi terkini terkait progres pembangunan 2 tower-nya yang sedang dibangun, melalui berbagai cara,” katanya.
Alvin menjelaskan, tak hanya ajakan untuk membeli, mengedukasi pasar terkait produk, pihaknya juga harus memberikan informasi terkini terkait progress pembangunan Elevee. Contohnya di beberapa titik media luar ruang, dibuatkan videotron LED untuk memberikan informasi progres pembangunan proyek, secara berkala.
Baca juga: 7 Apartemen Paling Elite di Jakarta, Harganya Fantastis hingga Rp63 Miliar Selain itu, Alvin juga meyakini pasar mulai bergerak, karena saat ini tak hanya developer yang bekerja keras memasarkan produk. Pihak perbankan, terkait pembiayaan melalui KPA, juga aktif bekerja sama dengan Elevee dengan menawarkan berbagai kemudahan.
“Saat ini hampir semua perbankan sudah bekerja sama dengan Elevee. Tak hanya swasta, perbankan BUMN juga. Semuanya menawarkan kemudahan bagi konsumen,” jelasnya.
(poe)