JAKARTA - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) meminta pengelola
LRT Jabodebek menurunkan tarif penumpang menjadi Rp5.000. Potongan tarif tersebut sebagai kompensasi layanan yang buruk atas berbagai persoalan yang dialami kereta tanpa masinis tersebut.
"Dalam kondisi pelayanan yang menurun kami menyarankan untuk mengenakan tarif termurah untuk pelanggan sebagai kompensasi waktu tunggu yang relatif lama dan frekuensi perjalanan yang berkurang," kata Ketua Bidang Perkeretaapian MTI Aditya Dwi Laksana saat dihubungi, Jumat (27/10/2023).
Baca Juga: LRT Batasi Kecepatan Agar Roda Tak Cepat Aus, Waktu Tunggu Molor 1 Jam Dia menandaskan saat ini kondisi LRT Jabodebek hanya mengoperasikan 9 trainset saja dengan jumlah 131 perjalanan. Trainset berkurang karena masih dalam proses perbaikan roda kereta.
"Ini memang semestinya tidak terjadi, di saat frekuensi perjalanan harusnya ditingkatkan supaya jeda antar perjalanan rapat dan jam operasi perjalanan mestinya ditambah tetapi malahan armada yang dioperasikan berkurang signifikan," sambungnya.
Baca Juga: Baru Beroperasi Dua Bulan, Performa LRT Jabodebek Makin Loyo Adapun jumlah trainset yang berkurang itu akhirnya membuat headway atau jarak kedatangan kereta menjadi lebih lama. Kondisi demikian dikhawatirkan bakal menurunkan minat masyarakat untuk menggunakan moda transportasi publik. Padahal LRT Jabodebek sudah mengangkut lebih dari 2,4 juta pelanggan sejak diresmikan 28 Agustus 2023.
"Ini membuat kenyamanan pengguna terganggu dan minat masyarakat menggunakan LRT turun. Padahal animo masyarakat sudah mulai terbentuk," jelasnya.
(nng)