BANYUWANGI -
Ganjar Pranowo melanjutkan safari politiknya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Capres yang diusung
Partai Perindo ini tiba di tanah Blambangan itu ngopi bareng suku Osing (Laros-Lare Osing) di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah.
Osing merupakan suku yang berasal dari ujung Pulau Jawa, tepatnya
Kabupaten Banyuwangi. Sampai kini masih ada di beberapa daerah Banyuwangi salah satunya adalah Desa Kemiren.
Keberadaan suku Osing di Banyuwangi tak bisa lepas dari Kerajaan Blambangan dan peristiwa puputan bayu. Suku Osing mempunyai bahasa sendiri yang merupakan turunan dari bahasa Jawa kuno dengan sedikit pengaruh dari bahasa Bali.
Baca Juga: Alam Ganjar: Banyuwangi Miliki Potensi Pengembangan Pariwisata Indonesia Nah, masyarakat Osing kemudian menjadikan Kemiran sebagai Desa Wisata Osing. Salah satunya dengan membangun komplek perkampungan dengan bangunan-bangunan adat, beserta adat, tradisi hingga keseniannya.
Ganjar memilih jalan kaki sekira 500 meter dari jalan raya untuk menuju kompleks masyarakat Osing. Melintasi rumah-rumah penduduk sembari menyapa dan melayani jabat tangan dari warga setempat yang sangat antusias menyambut Ganjar.
Sesampainya di lokasi, Ganjar disematkan selendang dan penutup kepala khas Osing. Suami Atikoh Supariyanti ini disuguhi pembacaan lontar tentang kisah Nabi Yusuf, serta musik lesung yang dimainkan oleh ibu-ibu.
Baca Juga: Megawati Bakal Hadiri Hajatan Rakyat Ganjar-Mahfud di Banyuwangi Lalu, mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode itu ngobrol bareng Suheimik, sesepuh Suku Osing dan lainnya, dengan suguhan kopi dan makanan tradisional.
Menurut Ganjar, suku Osing sangat unik dan menarik karena masih melestarikan tradisi sampai saat ini. Pelestarian masyarakat adat dilakukan dengan cara membuat desa wisata.
“Kampung Osing secara pariwisata yang dikembangkan anak muda dan dibangun dengan rumah adat dan keseniannya. Ada sebuah harapan perlindungan terhadap desa adat,” ujar Ganjar.
Capres yang berpasangan dengan Mahfud MD itu berkomitmen untuk terus memberikan perlindungan kepada masyarakat adat.
“Maka tadi saya tanya, apakah masih ada wilayahnya, adatnya, tradisinya, bahkan hukumnya. Ternyata ada semua. Tadi ada yang membacakan lontar dengan tembang ala Banyuwangi, itu menarik. Rasa-rasanya harus ada perlindungan masyarakat adat,” paparnya.
Salah satu sesepuh suku Osing, Suka mengatakan bahwa Ganjar adalah sosok yang dekat dengan rakyat. “Tadi baca lontar untuk Pak Ganjar tentang Nabi Yusuf. Karena Pak Ganjar orang baik dan merakyat,” tandasnya.
(ams)