floating-Riset Terbaru Retur...
Riset Terbaru Retur Barang Online Mengalami Penyusutan di Asia Pasifik
Riset Terbaru Retur...
Riset Terbaru Retur Barang Online Mengalami Penyusutan di Asia Pasifik
Kamis, 22 Februari 2024 - 14:09 WIB
JAKARTA - Zebra Technologies Corporation mengumumkan temuan dari studi 16th Annual Global Shopper Study, yang menegaskan adanya tantangan omnichannel yang dialami oleh para peritel, terutama dalam mengelola retur barang secara online dan mengurangi penyusutan stok akibat pencurian, penipuan, dan faktor-faktor lainnya.

BACA JUGA - Riset Terbaru Penyebab Sulitnya Menjaga Kualitas Tidur

Secara global, delapan dari 10 peritel setuju bahwa meminimalkan penipuan/penyusutan adalah tantangan yang besar (82%) dan kemampuan untuk memperkirakan kebutuhan atau demand sangat penting bagi perusahaan mereka (86%).

“Para peritel mengakui bahwa teknologi harus diterapkan dengan cerdas saat berurusan dengan retur,” kata Eric Ananda, Indonesia Country Lead, Zebra Technologies dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis (22/3/2024).

Di Asia Pasifik, respon peritel masing-masing 74% dan 89%. Menurut National Retail Federation (NRF), para peritel mengalami kerugian sebesar USD112 miliar akibat penyusutan stok pada 2022, naik dari hampir USD94 miliar pada 2021.

Studi Zebra ini mengindikasikan bahwa 36% peritel di dunia (40% di Asia Pasifik) meyakini bahwa analitik yang lebih baik terhadap kasus penyusutan stok ini akan membantu meningkatkan profitabilitas. Banyak peritel berharap dapat menerapkan loss prevention analytic (49% di dunia, 55% di Asia Pasifik), serta planning and forecasting (54% di dunia, 61% di Asia Pasifik) hingga tahun 2026.

Meskipun omnichannel shopping memberikan tantangan bagi para peritel, sebagian besar konsumen (shopper) suka jika mereka punya sejumlah opsi.

Hampir 8 dari 10 konsumen di dunia dan Asia Pasifik menyukai gabungan antara belanja online dan belanja di toko, sementara 76% dari konsumen di dunia dan 72% dari konsumen di Asia Pasifik memilih untuk belanja di peritel online yang memiliki toko fisik.

Ketika omnichannel shopping terus berkembang, volume retur barang juga meningkat. Sekitar tujuh dari 10 peritel di dunia dan di Asia Pasifik mengatakan bahwa ada tantangan yang semakin besar untuk meningkatkan efisiensi dan biaya dalam mengelola pesanan online, retur, dan proses pemenuhan.

Sebanyak enam dari 10 peritel mengatakan bahwa mereka sedang memperbarui teknologi pengelolaan retur hingga tahun 2026. Di Asia Pasifik, lebih banyak peritel yang tengah dalam proses upgrade (74%), lebih besar 12% dibandingkan peritel di dunia yang disurvei.

Staf toko akan merasa senang dengan investasi dalam teknologi ini. Di antara staf yang melayani retur dari pesanan online, hampir tiga perempatnya (74% di dunia dan di Asia Pasifik) menyebutkan pelanggan yang sering mengembalikan barang adalah tantangan terbesar mereka.

Tahun ini, kemudahan dalam melakukan retur menjadi alasan utama konsumen memilih untuk berbelanja di toko, mengalahkan alasan melakukan perbandingan harga sebelum berbelanja.

Apabila kemudahan retur bagi konsumen global naik sedikit (32% pada 2022 naik ke 33% pada 2023), bagi konsumen di Asia Pasifik kenaikannya justru besar, mencapai 7%, dari 32% pada 2022 menjadi 39% pada 2023.

Peningkatan dalam layanan retur ini telah memberikan dampak bagi peritel di seluruh dunia, tumbuh menjadi USD1,8T menurut IHL Group.

“Ketika konsumen memiliki ekspektasi yang lebih tinggi akan kemudahan melakukan retur lebih sering, para peritel justru menghadapi kesulitan dalam mengelola kenaikan pengeluaran terkait dengan inventory visibility, reverse logistics, dan banyaknya retur, '' jelas

Masalah retur ini juga berdampak pada industri terkait, khususnya pergudangan (warehousing). Para peritel memanfaatkan kekuatan teknologi untuk membantu mengelola retur, di mana 62% peritel di dunia (68% di Asia Pasifik) berencana untuk menerapkan teknologi reverse logistics pada 2026, supaya dapat mengelola tekanan terkait pemenuhan pesanan.

Hampir tiga dari 10 peritel (31% di dunia, 32% di Asia Pasifik) berpikir bahwa menarik biaya untuk pemesanan online dari pembeli yang sering melakukan retur berpotensi meningkatkan profitabilitas dari pemesanan online.
(wbs)
Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :
Hasil Riset P3M: Masjid...
Hasil Riset P3M: Masjid Instansi Pemerintah Belum Ramah Disabilitas
Pusat Riset Pertanian...
Pusat Riset Pertanian Dukung Pencapaian Swasembada Pangan
Kemitraan UI dan UC...
Kemitraan UI dan UC Berkeley Makin Erat, Dorong Riset Lintas Negara
6 Bulan Pemerintahan...
6 Bulan Pemerintahan Prabowo, Ini 10 Menteri Berkinerja Terbaik versi IndoStrategi
Cek SPPT PBB Online...
Cek SPPT PBB Online di Jakarta Makin Mudah, Begini Caranya