JAKARTA -
Harga eceran tertinggi (HET) beras di Tanah Air bakal naik permanen melalui regulasi baru yang masih digodok otoritas. Terkereknya HET didasarkan pada perhitungan variable cost atau biaya produksi di tingkat petani yang juga naik saat ini.
Dengan relaksasi
HET beras dipastikan ikut mempengaruhi harga pembelian pemerintah (HPP). Dengan fleksibilitas HPP, maka komponen-komponen seperti Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) juga mengalami kenaikan.
Baca Juga: Bapanas Beri Sinyal Kenaikan HET Beras Bakal Permanen, Ini Bocorannya Pemerintah sendiri telah mengeluarkan kebijakan fleksibilitas HPP yang memungkinkan Perum Bulog menyerap gabah atau beras dengan menjaga harga di tingkat petani tak anjlok.
Beleid itu sekaligus mendorong Bulog meningkatkan serapan beras pada periode panen raya. Regulasi fleksibilitas berlaku sejak awal April hingga 30 Juni 2024.
Baca Juga: Bos Bapanas Sebut Wajar Harga Beras Bulog Naik Jadi Rp12.500 per Kg Lantas, bagaimana kemampuan anggaran Bulog ketika menyerap beras yang mengacu pada HET terbaru nantinya?
Direktur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menyebut, pihaknya memiliki dua fasilitas pendanaan yang memungkinkan cash flow perusahaan tidak tertekan atau kesulitan, meski adanya relaksasi HET beras.
“Dua fasilitas itu membuat Bulog tidak lagi kesulitan menyiapkan pendanaan, meskipun nanti misalnya HPP-nya akan berubah permanen,” ujar
Dirut Bulog Bayu saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, Senin (20/5/2024).
Fasilitas pertama, Bulog dapat mengajukan pembayaran penggantian kepada pemerintah atas pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP) setiap bulannya.
“Nah itu dulu sebelum tahun 2023 kita baru bisa mengajukan pada saat satu program selesai, jadi tiga bulan setelah programnya selesai, baru bisa diajukan untuk melakukan pergantian,” paparnya.
“Tapi sekarang dengan PMK yang baru dan berpindahnya pendanaan untuk bantuan pangan dan SPHP, juga badan pangan tidak lagi di Kemenkeu, maka prosesnya menjadi jauh lebih cepat, dengan demikian cash flow Bulog menjadi jauh lebih terjaga,” jelas Bayu.
Fasilitas kedua berupa kredit di Himbara, terutama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI). Kredit yang diperoleh Bulog memiliki bunga yang lebih renda dibandingkan tingkat bunga komersial.
“Dan saat ini yang paling utama adalah BNI dengan dukungan dari pemerintah, sehingga tingkat bunganya lebih ringan dibandingkan tingkat bunga komersial,” ucap dia.
Untuk diketahui, kebijakan fleksibilitas HPP gabah yang diterapkan ke Bulog diantaranya Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani Rp6.000 per Kg, Gabah Kering Giling (GKG) di gudang Bulog Rp7.400 per Kg.
Sementara HPP beras di gudang Bulog dengan derajat sosoh minimal 95%, kadar air 14%, butir patah maksimal 20%, dan butir menir maksimal 2% Rp11.000 per Kg.
(akr)