floating-Sistem Kerja dan Teknologi...
Sistem Kerja dan Teknologi Kereta IKN yang Dilaporkan Sering Mogok
Sistem Kerja dan Teknologi...
Sistem Kerja dan Teknologi Kereta IKN yang Dilaporkan Sering Mogok
Senin, 18 November 2024 - 20:33 WIB
SAMARINDA - Kereta Autonomous Rapid Transit (ART) yang dioprasikan di Ibu Kota Nusantara dilaporkan sering mogok karena sistem otomatisnya gagal berfungsi. Lalu, bagaimana, asal usul dan teknologi di balik kendaraan tersebut?

BACA JUGA - Sering Mogok! Indonesia Berencana Pulangkan Kereta IKN ke China

Konon, kereta ini merupakan gabungan dari beberapa jenis transportasi seperti trem dan bus. Hal yang membuat kereta ini jadi unik adalah lintasannya. Kereta ART tidak melintas di atas rel, melainkan jalan biasa.

ART pertama kali dikembangkan di China, oleh badan usaha milik negara (BUMN) setempat yang bergerak di industri perkeretaapian, CRRC Corporation Limited.

Pada tahun 2017, ART diperkenalkan di kota Zhuzhou, Provinsi Hunan, sebagai bagian dari upaya Pemerintah China guna mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan meningkatkan efisiensi sistem transportasi publik.

Pembuatan ART berasal dari ide yang menggabungkan, antara elemen-elemen dari light rapid trasit (LRT) yang memiliki dua bagian kepala dan bus rapid transit (BRT) yang memiliki roda ban, dengan teknologi berbasis listrik dan otonom untuk menciptakan moda transportasi yang lebih fleksibel, efisien, dan ramah lingkungan.

Dengan memanfaatkan sensor canggih, ART dapat berjalan di jalan umum tanpa rel fisik, seperti pada kereta api tradisional. Hal ini menjadikan ART lebih mudah dan murah untuk diimplementasikan.

Cara bekerja kereta ART adalah dengan melintasi jalan biasa –sama seperti kendaraan lain misalnya mobil. Bedanya, ART ini memakai ban yang terbuat dari karet.

Lalu, jalan-jalan yang akan dilewati akan dilukis garis putih. Jadi, Autonomous Rail Rapid Transit hanya mengikuti ke mana garis tersebut mengarah.

Selain itu, Autonomous Rail Rapid Transit merupakan kereta listrik dengan panjang mencapai 30 meter. Menurut penciptanya, dapat digunakan untuk menempuh jarak lebih dari 40 kilometer.

Sistem navigasi otonom pada ART terdiri dari sensor LIDAR (light detection and ranging), radar, dan kamera untuk memindai lingkungan sekitar. Sistem tersebut memungkinkan ART dalam menghindari rintangan, berinteraksi dengan infrastruktur lalu lintas, dan menjalankan rute yang sudah diprogram tanpa campur tangan manusia.

Kemudian, sistem kendali elektronik pada ART, terintegrasi dalam mengatur kecepatan, pengeraman, dan arah. Sistem ini bekerja secara real-time untuk memastikan perjalanan yang aman dan nyaman bagi penumpang.

Lalu, ada juga teknologi komunikasi V2X pada ART yang membuat kendaraan ini mampu berkomunikasi dengan infrastruktur lalu lintas (vehicle-to-infrastructure/V2I), kendaraan lain (vehicle-to-vehicle/V2V), serta pejalan kaki (vehicle-to-pedestrian/V2P).
(wbs)
Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :
Kabel Dicuri secara...
Kabel Dicuri secara Terorganisir, Perjalanan Kereta Api Cepat Spanyol Terganggu
Siap-siap, ASN BIN Mulai...
Siap-siap, ASN BIN Mulai Pindah ke IKN di Bulan Juni 2025
Blokir Anggaran IKN...
Blokir Anggaran IKN Rp10 Triliun Dibuka, Proyek Tol hingga Istana Wapres Lanjut Lagi
Pesawat Tempur F-16...
Pesawat Tempur F-16 Lumpuhkan Pesawat Asing di Langit Jakarta
Pembangunan Tahap II...
Pembangunan Tahap II IKN Dimulai, Pemerintah Siapkan Anggaran Rp48,8 Triliun