TEHERAN -
Iran memamerkan rudal balistik baru pada hari Minggu yang akan menambah ancamanbagi
Israel. Misil baru yang diberi nama Etemad ini diklaim mampu menempuh jarak 1.700 kilometer (1.056 mil).
Senjata baru itu ditunjukkan dalam sebuah upacara di Teheran yang dihadiri oleh Presiden Masoud Pezeshkian.
Sekadar diketahui, jarak terpendek antara Iran dan Israel adalah sekitar 1.000 kilometer. Kemudian jarak Teheran ke Tel Aviv sekitar 1.600 kilometer. Artinya, rudal Etemad mampu menghantam wilayah Israel.
Baca Juga: Iran Pamer Kota Rudal sebagai Kesiapan Hadapi Perang Baru dengan Israel Siaran televisi pemerintah Iran menayangkan gambar rudal tersebut, dengan mengatakan bahwa itu adalah rudal balistik terbaru yang dibuat oleh Kementerian Pertahanan.
Negara-negara Barat semakin khawatir atas kemajuan dalam program rudal balistik Iran, menuduhnya mengganggu stabilitas Timur Tengah.
Israel sudah dua kali dihujani rudal Iran tahun lalu saat perang Gaza berkecamuk. Rezim Zionis mengeklaim sebagian besar misil Teheran dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel yang bekerja sama dengan Amerika Serikat dan sekutu regionalnya, namun Iran mengeklaim sebaliknya.
“Pengembangan kemampuan pertahanan dan teknologi antariksa bertujuan untuk memastikan tidak ada negara yang berani menyerang wilayah Iran,” kata Pezeshkian dalam pidato yang disiarkan televisi, yang dilansir
Times of Israel, Senin (3/2/2025).
Upacara tersebut berlangsung pada hari kedirgantaraan nasional Iran dan beberapa hari sebelum peringatan 46 tahun berdirinya Republik Islam Iran pada 10 Februari 1979.
Sejak berkuasanya kembali Presiden AS Donald Trump—yang menerapkan pendekatan “tekanan maksimum” terhadap Iran dalam masa jabatan pertamanya—Teheran telah melakukan banyak unjuk kekuatan, termasuk latihan militer skala besar dan pengungkapan pangkalan militer bawah tanah.
Pada saat yang sama, Teheran telah mengisyaratkan kesediaannya untuk memulai kembali perundingan mengenai program nuklirnya, yang telah menjadi subjek ketegangan dengan negara-negara Barat selama beberapa dekade.
Selama masa jabatan pertamanya, Trump menarik AS keluar dari pakta nuklir antara Iran dan negara-negara besar dunia yang mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi, dengan mengatakan bahwa hal itu tidak cukup jauh untuk mencegah Teheran memproduksi senjata nuklir.
Meskipun Iran mengeklaim programnya bersifat damai, negara itu telah memperkaya uranium ke tingkat yang menurut pengawas atom PBB dicapai oleh negara-negara yang berusaha membuat bom. Pada bulan Desember, Inggris, Prancis, dan Jerman mengatakan tidak ada "pembenaran sipil yang kredibel" untuk pengayaan Iran.
Iran telah berulang kali bersumpah untuk menghancurkan Israel. Sedagkan Israel melihat Iran sebagai ancaman eksistensial dan telah mengindikasikan bahwa mereka dapat bertindak sendiri dalam menyerang fasilitas nuklir Iran jika diperlukan.
Iran, yang di masa lampau pernah mendapatkan sebagian besar peralatan militernya dari sekutunya saat itu; Amerika Serikat, telah dipaksa untuk mengembangkan persenjataannya sendiri sejak Washington memutuskan hubungan dan menjatuhkan sanksi setelah Revolusi Islam 1979.
Setelah berada di bawah embargo senjata selama perang yang menghancurkan dengan Irak antara tahun 1980 dan 1988, Iran kini memiliki persenjataan dalam jumlah besar yang dikembangkan di dalam negeri, termasuk rudal, sistem pertahanan udara, dan pesawat nirawak.
Pengumuman rudal balistik baru itu muncul sehari setelah Iran memamerkan fasilitas rudal bawah tanah baru di pantai selatan dan dua minggu setelah mengungkap pangkalan Angkatan Laut bawah tanah.
(mas)