LONDON - Pada 16 Juli 1956, dunia menyaksikan sebuah momen penting dalam sejarah diplomatik dan hubungan internasional antara Irak dan Inggris. Saat itu, Raja Faisal II dari Irak tiba di London untuk kunjungan resmi, dan di Stasiun Victoria, dia bertemu dengan Ratu Elizabeth II.
Momen yang bersejarah ini menjadi salah satu contoh simbolis dari saling menghormati antara dua pemimpin monarki yang berperan penting pada era itu.
Kedatangan Raja Faisal II ke London, yang merupakan bagian dari perjalanan diplomatik yang lebih besar, disambut dengan hormat oleh Ratu Elizabeth II. Namun, yang membuat acara ini semakin berkesan adalah sikap penuh penghormatan yang ditunjukkan oleh Raja Faisal, yang mencium tangan Ratu Elizabeth II sebagai tanda penghormatan kepada monarki Inggris.
Baca Juga: Rusia Tolak Gencatan Senjata sebagai Solusi Perang Ukraina, Ini Alasannya Tindakan ini, yang diambil oleh seorang raja dari dunia Arab, dipandang sebagai gestur yang sangat simbolik—menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap monarki Inggris yang telah lama berpengaruh dalam urusan politik global.
Latar Belakang Kunjungan Raja Faisal II
Raja Faisal II adalah seorang penguasa muda yang naik takhta Irak pada usia yang sangat muda setelah kematian ayahnya, Raja Ghazi, pada 1939.
Meskipun dia memiliki latar belakang pendidikan yang baik di luar negeri, termasuk di Inggris, masa pemerintahannya tidak berlangsung lama.
Pada saat kunjungan ke Inggris pada tahun 1956, dia masih memerintah di Irak, meskipun negara tersebut mengalami ketegangan politik yang intens, yang akhirnya berujung pada perubahan besar dalam struktur kekuasaan pada tahun 1958.
Pada tahun 1956, Irak, yang saat itu merupakan negara yang memiliki hubungan erat dengan Inggris, berusaha untuk memperkuat posisinya di panggung internasional. Kunjungan Raja Faisal tersebut menjadi kesempatan untuk memperdalam hubungan diplomatik dengan Inggris dan menunjukkan Irak sebagai negara yang stabil dan siap berperan dalam masalah internasional.
Ratu Elizabeth II, yang baru saja merayakan ulang tahun ke-4 pemerintahannya pada saat itu, juga memperlihatkan kesediaannya untuk mempererat hubungan antara kedua negara tersebut.
Simbolisme dari Momen Cium Tangan
Mencium tangan seorang penguasa monarki adalah tindakan tradisional yang telah lama dipraktikkan dalam banyak budaya, terutama di kalangan keluarga kerajaan dan bangsawan.
Di dunia Arab, mencium tangan adalah tanda penghormatan yang sangat dalam, terutama jika itu dilakukan oleh seseorang yang lebih muda atau lebih rendah pangkatnya terhadap yang lebih tua atau lebih tinggi pangkatnya.
Raja Faisal II, sebagai seorang pemimpin muda dari Irak, secara simbolis menunjukkan penghormatan yang tinggi kepada Ratu Elizabeth II, yang saat itu dianggap sebagai figur berpengaruh dalam politik dunia.
Tindakan ini bukan hanya menunjukkan hubungan formal antara kedua negara, tetapi juga menjadi cerminan dari etiket diplomatik yang sangat dijunjung tinggi dalam budaya monarki saat itu. Gestur ini juga bisa dilihat sebagai upaya untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa Irak tetap berpegang teguh pada tradisi dan nilai-nilai kesopanan yang terhormat, meskipun berada dalam keadaan politik yang terus berubah.
Dampak Kunjungan terhadap Hubungan Irak-Inggris
Kunjungan Raja Faisal II ke Inggris pada tahun 1956 memiliki dampak yang signifikan dalam memperkuat hubungan bilateral antara Irak dan Inggris.
Kunjungan ini memperlihatkan bahwa Irak berusaha membangun citra internasional yang positif, meskipun di tengah ketegangan internal dan dinamika politik yang berkembang di kawasan Timur Tengah. Selama kunjungan tersebut, kedua negara membahas berbagai masalah penting, termasuk perdagangan, keamanan, dan kebijakan luar negeri.
Namun, hanya dua tahun setelah kunjungan tersebut, pada 14 Juli 1958, Irak mengalami peristiwa besar yang mengubah jalannya sejarah negara tersebut. Raja Faisal II, bersama dengan seluruh keluarganya, terbunuh dalam sebuah revolusi yang menggulingkan monarki Irak dan mendirikan Republik Irak.
Meskipun kunjungan tersebut menandai salah satu momen diplomatik penting dalam hubungan Irak dan Inggris, perubahan politik yang cepat di kawasan Timur Tengah pada akhirnya menghapuskan monarki yang telah ada selama bertahun-tahun.
(mas)