floating-Donald Trump Tuntut...
Donald Trump Tuntut Ukraina Membayar Kembali Rp8.184 Triliun kepada AS
Donald Trump Tuntut...
Donald Trump Tuntut Ukraina Membayar Kembali Rp8.184 Triliun kepada AS
Selasa, 11 Februari 2025 - 11:45 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memastikan bantuan Amerika yang diberikan kepada Ukraina selama perangnya melawan Rusia tidak gratis.

Dia sekarang menuntut Kyiv membayar kembali kepada Washington sebesar USD500 miliar atau lebih dari Rp8.184 triliun.

Dalam sebuah wawancara dengan Bret Baier dari Fox News, Trump mengatakan bahwa dia ingin mengamankan kesepakatan dengan Kyiv untuk memastikan Washington mendapatkan kembali uangnya.

Baca Juga: Donald Trump: Ukraina Harus Setor Logam Tanah Jarang Jika Ingin Terus Dibantu AS

Caranya dengan memperdagangkan mineral tanah jarang (rare earth) Ukraina—terlepas dari apakah suatu saat nanti negara itu akan menjadi milik Rusia.

Menurutnya, Amerika Serikat akan memberikan lebih dari USD300 miliar, mungkin USD350 miliar, dalam berbagai bentuk bantuan ke Ukraina, seraya menambahkan bahwa akan bodoh bagi Washington untuk terus membiayai Kyiv tanpa menerima imbalan apa pun.

"Saya ingin uang kita diamankan karena kita menghabiskan ratusan miliar dolar," kata pemimpin AS itu.

“Mereka memiliki lahan yang sangat berharga dalam hal tanah jarang, dalam hal minyak dan gas, dalam hal hal lainnya," paparnya.

“Saya memberi tahu mereka bahwa saya menginginkan tanah jarang yang setara, seperti senilai USD500 miliar, dan pada dasarnya mereka telah setuju untuk melakukannya,” kata Trump.

“Jadi setidaknya kita tidak merasa bodoh. Kalau tidak, kita bodoh. Saya berkata kepada mereka, kita harus mendapatkan sesuatu," imbuh dia.

“Anda tahu, mereka mungkin membuat kesepakatan, mereka mungkin tidak membuat kesepakatan, mereka mungkin menjadi Rusia suatu hari nanti, atau mereka mungkin bukan Rusia suatu hari nanti, tetapi kita akan memiliki semua uang ini di sana, dan saya katakan, saya menginginkannya kembali,” papar Trump.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengonfirmasi pekan lalu bahwa dia akan terbuka untuk mencapai kesepakatan atas deposit litium, titanium, dan logam berat lainnya di Kyiv.

Namun, dia bersikeras bahwa sekutu Bara pendukung Ukraina harus terlebih dahulu membantu mengusir pasukan Rusia keluar dari wilayah yang kaya mineral sebelum mereka dapat berinvestasi dalam sumber daya tanah jarang.

Sebelum eskalasi konflik Ukraina pecah tahun 2022, negara tersebut memiliki cadangan titanium dan litium terbesar di Eropa.

Meskipun tidak diklasifikasikan sebagai unsur tanah jarang, bahan-bahan ini sangat penting untuk industri militer, baterai, dan kapasitor.

Daftar logam tanah jarang yang dapat ditemukan di Ukraina juga mencakup berilium, mangan, galium, uranium, zirkonium, grafit, apatit, fluorit, dan nikel.

Menurut Forbes, sekitar USD7 triliun dari total kekayaan mineral Ukraina terletak di bekas wilayah Donbas di Donetsk dan Luhansk, yang mendeklarasikan kemerdekaan dari Ukraina pada tahun 2014 setelah kudeta Maidan yang didukung Barat di Kyiv.

Sebagian besar wilayah ini berada di bawah kendali Rusia setelah Donetsk dan Luhansk memilih untuk bergabung dengan Rusia pada tahun 2022.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengutip perlindungan orang-orang di Donbas sebagai alasan utama untuk meluncurkan operasi militer di Ukraina.

Sumber daya di wilayah-wilayah ini merupakan faktor utama dalam dukungan negara-negara anggota NATO untuk Kyiv, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada bulan Oktober 2024.

"Wacana mereka berputar di sekitar wilayah dan sumber daya yang mereka butuhkan di Amerika," katanya.

"Yang menjadi perhatian kami bukanlah wilayah, tetapi orang-orang," imbuh Lavrov.
(mas)
Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :
AS dan China Melunak,...
AS dan China Melunak, Tarif Impor Kendaraan Diprediksi Bakal Turun
Polandia Tutup Konsulat...
Polandia Tutup Konsulat Rusia, Kremlin Umbar Ancaman kepada NATO
AS-China Sepakat Turunkan...
AS-China Sepakat Turunkan Tarif Impor, Ini 5 Poin Pentingnya
Tak Pernah Terjadi Sebelumnya,...
Tak Pernah Terjadi Sebelumnya, China Mampu Tundukkan AS
AS dan China Sepakat...
AS dan China Sepakat Hentikan Gencatan Perang Dagang selama 90 Hari