WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS)
Donald Trump telah menunjuk
Arab Saudi sebagai calon tuan rumah untuk pertemuan pertamanya dengan Presiden Rusia
Vladimir Putin selama masa jabatan keduanya.
Moskow belum mengomentari pernyataan presiden AS tersebut sejauh ini.
Pengumuman itu muncul beberapa jam setelah kedua pemimpin itu melakukan panggilan telepon untuk membahas perang Ukraina dan topik lainnya.
"Pertama kali kami akan bertemu di Arab Saudi, lihat apakah kita bisa menyelesaikan sesuatu," kata Trump kepada wartawan di Oval Office Gedung Putih pada Rabu waktu Washington.
Baca Juga: Ini Respons Rusia Rusia soal Trump Telepon Putin untuk Akhiri Perang Ukraina Trump mengindikasikan bahwa beberapa pertemuan dengan Putin dapat dilakukan dalam beberapa bulan mendatang, dengan mengatakan: "Kami berharap dia akan datang ke sini, dan saya akan pergi ke sana, dan kami akan bertemu juga, mungkin di Arab Saudi."
Trump tidak menyebutkan tanggal spesifik untuk apa yang disebutnya sebagai pertemuan pertama dengan Putin, tetapi mengatakan bahwa pertemuan itu akan berlangsung dalam waktu dekat.
Trump juga mencatat bahwa kedua pemimpin mengenal Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan bahwa kerajaan itu bisa menjadi tempat yang sangat baik untuk bertemu.
Sebelumnya pada hari Rabu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa Putin mengundang Trump untuk mengunjungi Moskow selama panggilan telepon.
Peskov itu tidak memberikan kerangka waktu kapan pertemuan potensial dapat berlangsung.
Trump mengonfirmasi bahwa kedua pemimpin telah sepakat untuk bekerja sama, sangat erat, termasuk mengunjungi negara masing-masing.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dianggap oleh Moskow sebagai tempat potensial untuk pertemuan puncak antara kedua pemimpin, menurut laporan
Reuters pada awal Februari, mengutip dua sumber Rusia yang mengetahui masalah tersebut.
Laporan itu mengatakan pejabat Rusia telah mengunjungi kedua negara bulan lalu.
Baik Kremlin, Riyadh, maupun Abu Dhabi tidak mengomentari laporan itu pada saat itu.
Pada hari Rabu,
Reuters melaporkan bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan kepala kekayaan kedaulatan Rusia, Kirill Dmitriev, diduga terlibat dalam pembicaraan yang berujung pada pembebasan warga negara AS Marc Fogel minggu ini, yang dipenjara di Rusia atas tuduhan penyelundupan narkoba.
Sebagai balasannya, Washington setuju untuk membebaskan pengusaha kripto dan programmer komputer Rusia Aleksandr Vinnik dari tahanan AS.
(mas)