floating-Siasat Krakatau Steel...
Siasat Krakatau Steel Hadapi Proteksionisme dan Dumping dalam Perdagangan Baja Global
Siasat Krakatau Steel...
Siasat Krakatau Steel Hadapi Proteksionisme dan Dumping dalam Perdagangan Baja Global
Sabtu, 22 Februari 2025 - 19:40 WIB
JAKARTA - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk terus mengambil langkah strategis dalam menghadapi tantangan perdagangan global, termasuk proteksionisme perdagangan dan praktik dumping baja murah dari berbagai negara.Sebagai salah satu produsen baja terbesar di Indonesia, Krakatau Steel berkomitmen untuk memperkuat daya saing industri baja nasional melalui berbagai inisiatif dan kebijakan.

Dalam beberapa tahun terakhir, proteksionisme perdagangan yang diterapkan oleh negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, telah memengaruhi dinamika pasar baja global. Kebijakan tarif tinggi untuk impor baja di AS menyebabkan produsen baja dari China mencari pasar alternatif, termasuk Indonesia.

Hal ini berdampak pada meningkatnya impor baja murah ke dalam negeri, yang berpotensi melemahkan industri baja nasional. Hambatan yang dihadirkan pada pasar sebagai konsekuensi dari kebijakan AS menyebabkan produsen mencari pasar yang “longgar.” Pasar Indonesia pun menjadi tujuan produsen baja dari China.

Baca Juga: Direksi Krakatau Steel Ditempa Pelatihan Kepemimpinan Bersama Unhan dan Kopassus

Menurut data terbaru, impor baja dari China ke Indonesia pada semester I 2024 meningkat sebesar 34% secara tahunan, dari 2,23 juta ton menjadi 2,98 juta ton. Kondisi ini menekan harga baja domestik dan berdampak pada kinerja keuangan Krakatau Steel.

Pada kuartal III 2024, Krakatau Steel mencatat pendapatan sebesar USD657,5 juta dengan volume penjualan baja mencapai 535,2 ribu ton. Namun, tingginya beban keuangan dan persaingan harga menyebabkan perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rp2,80 triliun pada periode yang sama.

Seiring dengan beroperasi kembali pabrik Hot Strip Mill (HSM) yang telah berhenti selama satu setengah tahun, serta permintaan domestik yang terus mengalami pertumbuhan serta dukungan pemerintah, Krakatau Steel optimis akan mengalami pertumbuhan dan mencapai target yang dicanangkan di tahun ini. Pabrik ini memiliki kapasitas sebesar 2,4 juta ton per tahun. Berdasarkan kemampuan HSM saat ini, secara konsolidasi Krakatau Steel berpotensi mencatatkan pendapatan senilai Rp25 triliun.

Ahli Bidang Hukum Perdagangan dan Bisnis sekaligus pengajar di Departemen Ilmu Administrasi Fiskal Universitas Indonesia, Adiwarman menilai bahwa kebijakan perlindungan industri nasional harus berjalan seiring dengan upaya peningkatan daya saing perusahaan.

“Indonesia perlu memiliki kebijakan yang seimbang antara proteksi industri baja nasional dan peningkatan efisiensi produksi. Dengan strategi yang tepat, Krakatau Steel dapat tetap menjadi pemain utama dalam industri baja internasional,” ujarnya.

Namun perlu kehati-hatian dalam memberlakukan kebijakan perlindungan yang dapat diartikan sebagai proteksionisme, karena Indonesia adalah negara pihak dalam WTO. Persyaratan penerapan kebijakan proteksionistik berdasarkan WTO adalah seperti keadaan darurat atau safeguards akibat kerugian yang amat serius atau ancaman kerugian serius (Lestari 2010). Perlu dipastikan kondisi yang dimaksud untuk menerapkan kebijakan perlindungan.

Selain kebijakan makro dan negara, Krakatau Steel perlu merumuskan langkah strategis untuk merespon perkembangan dalam industri baja di pasar domestik dan internasional.

Langkah Strategis Krakatau Steel

Dalam menghadapi tantangan ini, Krakatau Steel telah menerapkan berbagai strategi untuk memperkuat daya saing dan menjaga keberlanjutan bisnisnya.

1. Advokasi Kebijakan Antidumping



Krakatau Steel secara aktif mendorong penerapan kebijakan antidumping melalui Komite Anti Dumping Indonesia (KADI). Langkah ini bertujuan untuk menyeimbangkan pasar baja nasional agar tidak terdistorsi oleh produk impor dengan harga yang tidak wajar.

Pada strategi ini dibutuhkan peran Pemerintah untuk mengadakan dialog dengan China dan AS. Negosiasi yang berfokus pada kepentingan memungkinkan untuk menemukan titik temu, kendati membutuhkan waktu dan tahapan.

2. Peningkatan Efisiensi dan Restrukturisasi



Perusahaan terus menjalankan program restrukturisasi dengan meningkatkan efisiensi produksi, optimalisasi rantai pasok, serta peningkatan produktivitas guna mempertahankan daya saing di pasar global. Identifikasi persoalan yang dihadapi Krakatau Steel membantu untuk fokus pada pencapaian efisiensi dan keberhasilan restrukturisasi melalui pendekatan dan metode yang tepat.

3. Diversifikasi Produk dan Ekspansi Pasar



Krakatau Steel berupaya memperluas pasar ekspor ke negara-negara yang membutuhkan baja berkualitas tinggi. Selain itu, perusahaan juga mengembangkan produk baja dengan nilai tambah lebih tinggi, seperti baja tahan karat dan baja untuk industri otomotif, guna mengurangi ketergantungan pada pasar domestik.

Pencermatan dan analisis pada konstelasi penguasa pasar baja dan karakteristik industri serta kebijakan dapat mengarahkan penyerapan produk diversifikasi.

4. Kolaborasi dan Inovasi Teknologi



Dalam menghadapi persaingan global, Krakatau Steel memperkuat kolaborasi dengan industri terkait serta mengadopsi teknologi mutakhir dalam proses produksi. Penggunaan teknologi hijau dan efisiensi energi menjadi prioritas untuk meningkatkan daya saing sekaligus mendukung keberlanjutan industri baja.

Inovasi merupakan hasil kerja dari aktivitas riset dan pengembangan material dan proses produksi. Dibutuhkan investasi yang memadai untuk itu. Kerja sama atau kolaborasi dengan perguruan tinggi merupakan suatu keniscayaan yang saling menguntungkan bagi Krakatau Steel dan perguruan tinggi.

Sebagai perusahaan yang memiliki visi menjadi produsen baja terkemuka di Asia Tenggara, Krakatau Steel terus berinovasi dan beradaptasi dengan dinamika pasar global.

Dengan dukungan pemerintah dalam kebijakan perdagangan yang adil serta strategi internal yang solid, perusahaan optimistis dapat menjadikan tantangan global ini sebagai peluang untuk tumbuh dan memperkuat posisinya sebagai tulang punggung industri baja nasional.

Kebijakan Pemerintah dibutuhkan untuk memampukan Krakatau Steel merebut kedudukan di pasar baja nasional dan pasar global.

Proteksionisme Perdagangan Global

Proteksionisme perdagangan yang diterapkan Amerika Serikat (AS) telah menyebabkan kenaikan harga baja domestik dan memicu reaksi dari berbagai negara karena kebijakan ini dinilai melanggar peraturan perdagangan multilateral dan keputusan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

AS telah melanggar peraturan perdagangan multilateral dan keputusan WTO dengan memberlakukan tarif terhadap baja dan aluminium impor. Beberapa asosiasi baja dunia berharap dapat meningkatkan komunikasi dan dialog dengan American Iron and Steel Institute untuk membangun pemahaman dan kepercayaan bersama.

Di sisi lain, Jepang mengajukan permohonan kepada AS agar dibebaskan dari tarif baja dan aluminium yang diberlakukan sejak era pemerintahan Donald Trump. Langkah ini menegaskan bahwa kebijakan proteksionisme AS memiliki dampak luas terhadap perdagangan baja global.

Proteksionisme merupakan isu terpenting dalam kesepakatan global tentang perdagangan bebas, sehingga praktik proteksionisme melawan gagasan perdagangan bebas yang memberikan kemanfaatan bagi semua pihak (negara). Amerika Serikat menerapkan kebijakan perdagangan yang bersifat proteksionisme untuk melindungi industri dalam negerinya (Watson, James: 2013).

Kebijakan politik perdagangan internasional Trump yang proteksionistik tidak main-main dampaknya berupa tarif masuk yang tinggi, hilangnya pendapatan, dan berkurangnya kesempatan kerja (IMF, 1978).

Proteksionisme terhadap industri baja dalam negeri AS ditransformasikan ke dalam harga kendaraan yang lebih tinggi (IMF, 1978: 53). Krisis finansial atau defisit penerimaan AS akibat pembiayaan perang pun menjadi alasan penerapan kebijakan proteksionistik tersebut (Hobe, Griebel, 2010: 426).

Baca Juga: Krakatau Steel Catatkan Rekor Penjualan Pipa Baja Tertinggi Sepanjang Sejarah

China pun muncul sebagai kekuatan di bidang perekonomian global, menyaingi eksistensi dan dominasi AS. Kekuatan China tersebut “memaksa” AS untuk melakukan dialog tingkat tinggi dengan China untuk Kemitraan Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership) dan Kemitraan Perdagangan dan Investasi Transatlantik (Trans-Atlantic Trade and Investment Partnership) (Nwoke, 2019).

AS menerapkan taktik SunTzu mendekatkan diri pada musuh yang sulit dikalahkan melalui dialog tersebut. Indonesia pun dapat memanfaatkan kemitraan tersebut untuk menjaga kepentingan industri baja dalam negeri, sekaligus mengupayakan penetrasi pasar AS.
(akr)
Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :
Perang India-Pakistan...
Perang India-Pakistan Ancam Ekspor CPO Indonesia, Petani Terpukul
Kondisi Ekonomi Rusia...
Kondisi Ekonomi Rusia Lebih Buruk Daripada yang Dikatakan Moskow
Pasca Libur Waisak,...
Pasca Libur Waisak, IHSG Dibuka Menguat 1,43 Persen
Jegal Dominasi China,...
Jegal Dominasi China, Segini Harta Karun Tanah Jarang Milik Negara Tetangga RI
1.332 Entitas Keuangan...
1.332 Entitas Keuangan Ilegal Diblokir di Awal 2025, Ada Pinjol, hingga Investasi Bodong