JAKARTA -
Fiersa Besari sempat terjebak di Yellow Valley di
Puncak Carstensz , Papua setelah menyelesaikan pendakian mereka ke puncak tertinggi di Indonesia itu. Fiersa bersama rekannya, Furky Syahroni kembali ke basecamp tersebut pada 28 Februari 2025 sekitar pukul 22.48 WIT.
Namun, Fiersa baru mengetahui kabar meninggalnya pendaki Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono yang berbeda tim dengannya pada 1 Maret 2025 pukul 04.00 WIT ketika berada di basecamp
Yellow Valley .
Cuaca buruk membuat helikopter tidak dapat segera kembali ke Yellow Valley. Fiersa dan rombongan pendaki yang selamat terpaksa bertahan di basecamp selama beberapa hari menunggu cuaca membaik.
"Saat ini, saya dan Furky Syahroni baru tiba kembali ke Timika, Papua Tengah (3 Maret 2025) setelah tertahan di YV terkait cuaca buruk yang berdampak pada lalu lintas helikopter (satu-satunya akses resmi ke YV untuk saat ini adalah helikopter)," tulis Fiersa dikutip dari Instagram @fiersabesari, Rabu (5/3/2025).
Mengenal Basecamp Yellow Valley di Puncak Cartstensz
Baca Juga: Fiersa Besari Sempat Tertahan Beberapa Hari di Yellow Valley Akibat Cuaca Buruk Apa Itu Yellow Valley?
Yellow Valley (Lembah Kuning) merupakan lembah glacial di kawasan Pegunungan Sudirman, Papua, tepatnya di kaki tebing Puncak Carstensz (Puncak Jaya). Nama Yellow Valley sudah dikenal sejak ekspedisi-ekspedisi awal yang memetakan gletser Carstensz, lembah ini dilalui oleh aliran gletser Carstensz di masa lalu
Puncak Carstensz sendiri pertama kali berhasil didaki pada 1962 oleh tim pendaki yang dipimpin Heinrich Harrer. Selama dekade berikutnya, pendakian ke Carstensz umumnya dilakukan melalui trekking darat panjang dari desa-desa terdekat, yaitu Sugapa atau Ilaga, dengan basecamp di Lembah Meren dan sekitarnya sebelum menuju Yellow Valley.
Pada periode 1995–2005, akses ke Puncak Carstensz sempat ditutup karena kondisi keamanan dan perizinan di Papua. Setelah dibuka kembali pada 2006, Yellow Valley kian populer menjadi basecamp utama pendakian Carstensz berkat kemudahan akses menggunakan helikopter.
Operator tur pendakian mulai menyediakan penerbangan charter dari Timika langsung ke Yellow Valley. Hal ini menghindari trekking berminggu-minggu melalui hutan belantara. Dengan demikian, Yellow Valley telah menjadi titik awal standar bagi ekspedisi menuju puncak Carstensz di era modern, menggantikan jalur darat tradisional yang lebih berisiko dan memakan waktu.
Kondisi Geografis dan Lingkungan di Yellow Valley
Basecamp Yellow Valley terletak pada ketinggian sekitar 4.200 - 4.300 meter di atas permukaan laut. Secara geografis, lembah ini diapit dinding-dinding batu kapur curam dari masif Carstensz dan berdekatan dengan sisa-sisa gletser Carstensz yang kini menyusut.
Dasar lembah berupa bebatuan karst dan kerikil dengan vegetasi sangat minim, kadang terdapat genangan air atau danau kecil glasial di musim hujan. Suhu udara di basecamp relatif lebih hangat pada siang hari (dapat mencapai ~20 drajat celcius) namun sangat dingin di malam hingga dini hari. Perubahan suhu antara basecamp dan puncak sangat drastis, di Puncak Carstensz suhu bisa turun di bawah 0 derajat celcius.
Cuaca di sekitar Yellow Valley dan Puncak Carstensz terkenal tak menentu dan ekstrem. Hujan lebat disertai angin kencang dapat tiba-tiba melanda, bahkan kadang turun hujan es atau salju di ketinggian. Kabut tebal sering muncul terutama pada dini hari, membatasi jarak pandang para pendaki.
Foto/Summit Carstensz
Baca Juga: Fiersa Besari Melayat ke Rumah Duka Lilie Wijayati, Pendaki yang Meninggal di Puncak Carstensz Kondisi alam yang berubah cepat ini membuat pendaki harus selalu waspada. Misalnya, suhu dingin dan hujan terus-menerus dapat menyebabkan hipotermia jika pendaki tidak bergerak atau tidak mengenakan perlengkapan memadai. Meskipun berada di daerah tropis, keberadaan salju abadi di Puncak Carstensz yang kini tinggal sedikit menjadi bukti ekstremnya lingkungan pegunungan ini.
Secara keseluruhan, Yellow Valley menyediakan lahan datar yang relatif terlindung untuk mendirikan tenda. Namun para pendaki tetap menghadapi tantangan alam pegunungan tinggi yang keras di lokasi ini.
Peran dan Fungsi Basecamp Yellow Valley bagi Pendaki
Sebagai basecamp utama, Yellow Valley berfungsi vital sebagai titik aklimatisasi dan persiapan akhir bagi pendaki sebelum melakukan pendakian Puncak Carstensz. Setelah tiba di basecamp, yang mana umumnya dengan helikopter dari Timika, para pendaki biasanya beristirahat dan menyesuaikan diri dengan altitude tinggi selama satu hingga dua hari.
Pada masa aklimatisasi ini, tim pendaki mendirikan tenda, mengatur perlengkapan, serta melakukan latihan teknik panjat tebing di sekitar basecamp. Terkadang pendaki melakukan pendakian pendek ke puncak terdekat seperti Puncak Nggapulu, sebagai simulasi dan latihan penggunaan peralatan tali.
Yellow Valley juga menjadi tempat konsolidasi tim pendakian. Pemandu gunung dan operator ekspedisi mendirikan tenda makan besar serta sarana komunikasi darurat di sini. Semua anggota tim mendapatkan briefing terakhir tentang rute dan kondisi cuaca. Pada hari pendakian puncak atau summit attack, pendaki berangkat dini hari yaitu sekitar pukul 03.00–04.00 WIT dari Yellow Valley dengan perlengkapan lengkap.
Perjalanan dari basecamp ke puncak biasanya memakan waktu 6–8 jam, melewati medan tebing terjal dengan teknik panjat (ascending) dan turun tebing (rappelling) menggunakan tali. Setelah berhasil mencapai puncak dan kembali turun, Yellow Valley kembali menjadi tempat beristirahat para pendaki sebelum dievakuasi keluar area.
Selain itu, basecamp ini adalah satu-satunya titik di mana helikopter dapat mendarat, sehingga juga berfungsi sebagai titik evakuasi medis atau logistik jika terjadi keadaan darurat.
Baca Juga: Fiersa Besari Gunduli Rambut sebagai Nazar setelah Taklukkan Puncak Carstensz (dra)