DAMASKUS - Orang-orang bersenjata loyalis presiden terguling
Bashar al-Assad terlibat perang sengit dengan pasukan keamanan
Suriah pada hari Kamis.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan pertempuran itu telah menewaskan 48 orang.
Pertempuran pecah di kota pesisir Jableh dan desa-desa di sekitarnya. "Ini adalah serangan paling keras terhadap otoritas baru sejak Assad digulingkan pada bulan Desember," kata kelompok pemantau perang Suriah tersebut, seperti dikutip
The New Arab, Jumat (7/3/2025).
Baca Juga: Putin dan Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa, Dulu Musuhan, Sekarang Teleponan Menurut SOHR, orang-orang bersenjata pro-Assad menewaskan 16 personel keamanan Suriah. Sedangkan 28 orang loyalis Assad dan empat warga sipil juga tewas.
Pertempuran terjadi di provinsi pesisir Mediterania Latakia, jantung minoritas Alawite--yang dianggap sebagai benteng dukungan selama pemerintahan Assad.
"Salam serangan yang direncanakan dengan baik dan terencana, beberapa kelompok sisa milisi Assad menyerang posisi dan pos pemeriksaan kami, menargetkan banyak patroli kami di daerah Jableh," kata Mustafa Kneifati, seorang pejabat keamanan di Latakia.
"Serangan tersebut mengakibatkan banyak korban tewas dan luka-luka di antara pasukan kami," ujarnya, tanpa menyebutkan jumlah.
Kneifati mengatakan pasukan keamanan Suriah akan berusaha untuk melenyapkan kehadiran mereka. "Kami akan memulihkan stabilitas di wilayah tersebut dan melindungi properti rakyat kami," paparnya.
Serangan Helikopter
SOHR sebelumnya melaporkan serangan yang dilancarkan oleh helikopter Suriah terhadap orang-orang bersenjata di desa Beit Ana dan hutan di sekitarnya, bertepatan dengan serangan artileri terhadap desa tetangga.
Kantor berita pemerintah Suriah,
SANA, melaporkan bahwa milisi loyalis Assad menembaki anggota dan peralatan kementerian pertahanan di dekat desa tersebut, menewaskan satu anggota pasukan keamanan dan melukai dua lainnya.
Al Jazeera melaporkan bahwa fotografernya; Riad al-Hussein, terluka dalam bentrokan sengit tersebut tetapi kondisinya baik-baik saja.
Seorang sumber dari Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan kepada
SANA bahwa bala bantuan militer dalam jumlah besar sedang dikerahkan ke daerah Jableh.
Para pemimpin Alawite kemudian menyerukan dalam sebuah pernyataan di Facebook untuk "unjuk rasa damai" sebagai tanggapan atas serangan helikopter, yang mereka katakan telah menargetkan "rumah-rumah warga sipil".
Pasukan keamanan memberlakukan jam malam di daerah-daerah yang dihuni oleh orang-orang Alawite, termasuk Latakia, kota pelabuhan Tartus, dan kota ketiga Homs.
Di kota-kota lain di seluruh negeri, massa berkumpul untuk mendukung pasukan keamanan.
Ketegangan pecah setelah penduduk Beit Ana, tempat kelahiran komandan pasukan khusus rezim Assad; Mayor Jenderal Suhail al-Hassan, mencegah pasukan keamanan menangkap seseorang yang dicari karena memperdagangkan senjata, kata SOHR.
Pasukan keamanan kemudian melancarkan operasi di daerah tersebut, yang mengakibatkan bentrokan dengan orang-orang bersenjata.
Ketegangan semakin memanas setelah sedikitnya empat warga sipil tewas selama operasi keamanan di Latakia, imbuh SOHR.
Pasukan keamanan melancarkan operasi di lingkungan Daatour di kota tersebut pada hari Selasa setelah penyergapan oleh anggota sisa-sisa milisi Assad menewaskan dua personel keamanan.
Pemberontak Islamis yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham melancarkan serangan kilat yang menggulingkan Assad pada 8 Desember 2024.
Pasukan keamanan baru negara tersebut sejak saat itu telah melakukan operasi besar-besaran yang bertujuan untuk membasmi para loyalis Assad dari bekas benteng pertahanannya.
Warga dan organisasi hak asasi manusia telah melaporkan pelanggaran selama operasi tersebut, termasuk penyitaan rumah, eksekusi di lapangan, dan penculikan.
Pemerintah baru Suriah telah menggambarkan pelanggaran tersebut sebagai "insiden terisolasi" dan berjanji untuk mengejar mereka yang bertanggung jawab.
(mas)