JAKARTA - Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana memberlakukan pungutan terhadap kapal-kapal China yang berlabuh di pelabuhan-pelabuhan AS, yang mengancam akan mengguncang rute-rute pelayaran global dan meningkatkan tensi perang dagang.
Di bawah rencana yang diajukan oleh Perwakilan Dagang AS pada hari Kamis, semua kapal yang dibangun dan dimiliki oleh China yang berlabuh di AS akan dikenakan biaya berdasarkan volume barang yang diangkut dengan basis per pelayaran.
Biaya ini akan mulai berlaku enam bulan dengan tahap berikutnya dengan membatasi kapal-kapal buatan asing yang mengangkut gas alam cair (LNG) yang akan dimulai dalam tiga tahun. Setelah enam bulan, biaya untuk kapal-kapal China akan ditetapkan sebesar USD50 per ton bersih atau volume ruang pendapatan kapal dan kemudian meningkat secara bertahap selama tiga tahun.
Baca Juga: Perang Dagang, China Ganti Minyak Mentah AS dengan Minyak Kanada Meskipun tidak seburuk rencana biaya USD1 juta per kapal setiap kali bersandar di pelabuhan AS yang diajukan pada awal tahun ini, namun hal ini akan menjadi biaya yang signifikan dan menandai eskalasi terbaru dalam perang dagang yang sedang berlangsung di antara kedua negara.
Melansir dari The Telegraph, konfirmasi dari rencana tersebut muncul ketika diketahui bahwa Beijing telah secara efektif melakukan boikot terhadap gas alam cair (LNG) AS dalam eskalasi terbaru perang dagang antara kedua negara adidaya tersebut.
China Stop Impor LNG dari AS
Impor LNG buatan AS telah dihentikan selama lebih dari 10 minggu, menurut The Financial Times dengan kapal tanker LNG terakhir dari Texas yang tiba di China pada 6 Februari. Itu terjadi beberapa bulan sebelum Trump mengumumkan tarif besar-besaran terhadap negara-negara di seluruh dunia, termasuk China pada 2 April.
Boikot ini dipimpin oleh Beijing, yang memberlakukan tarif 15% untuk LNG AS pada 10 Februari. Sejak saat itu, China telah meningkatkan tarif atas LNG AS menjadi 49% secara efektif membuat gas tersebut tidak terjangkau oleh sebagian besar pasar China untuk waktu yang tidak terbatas.
Trump telah memungut tarif 145% untuk impor China, sementara Beijing telah menanggapi dengan pungutan 125% untuk impor AS sebagai balasannya. Tidak ada pihak yang menunjukkan kesediaan untuk mundur dengan Trump bersikeras bahwa China harus datang ke meja perundingan untuk membuat kesepakatan.
Namun, Trump minggu ini mengisyaratkan bahwa akan bersedia untuk mengakhiri konfrontasi perdagangannya dengan China setelah berminggu-minggu kenaikan tarif.
Ia mengatakan kepada para wartawan di Gedung Putih, "Saya tidak ingin mereka naik lebih tinggi karena pada titik tertentu Anda akan membuat orang tidak membeli. Jadi, saya mungkin tidak ingin naik lebih tinggi atau bahkan tidak ingin naik ke tingkat itu. Saya mungkin ingin menurunkannya karena Anda tahu Anda ingin orang membeli dan, pada titik tertentu, orang tidak akan membeli."
"Saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan Presiden Xi, dan saya pikir ini akan terus berlanjut. Dan saya akan mengatakan bahwa mereka telah mengulurkan tangan beberapa kali."
Baca Juga: China Setop Impor LNG AS Gegara Tarif Trump, Geser ke Sumber Alternatif China mengimpor sekitar 4,16 juta metrik ton LNG AS pada 2024, senilai sekitar USD2,4 miliar, menurut data bea cukai China. China adalah importir LNG terbesar di dunia dengan AS sebagai pemasok terbesar keempat.
Duta Besar China untuk Rusia, Zhang Hanhui, mengatakan bahwa China kemungkinan akan meningkatkan impor LNG dari Rusia.
"Saya tahu pasti bahwa ada banyak pembeli. Begitu banyak pembeli yang meminta kedutaan untuk membantu menjalin kontak dengan para pemasok Rusia, saya pikir pasti akan ada lebih banyak impor."
Sejumlah pembeli China telah menjual kembali LNG yang bersumber dari AS karena perang dagang Trump menaikkan biaya impor, Reuters melaporkan awal bulan ini.
Spesialis gas di Columbia University, Anne-Sophie Corbeau, mengatakan kepada The Financial Times, "Akan ada konsekuensi jangka panjang. Saya rasa importir LNG China tidak akan pernah mengontrak LNG AS yang baru."
(nng)