JAKARTA - Pemerintah tahun ini menargetkan
Bulog bisa menyerap
beras produksi petani domestik sebesar 3 juta ton. Per 20 April 2025, serapan tercatat telah mencapai 1,27 juta ton setara beras, di mana sekitar 80% berbentuk gabah dan sisanya berupa beras. Sementara itu, per 1 April 2025, di gudang Bulog di berbagai daerah tercatat ada 2,34 juta ton beras.
Jumlah ini diyakini akan terus bertambah seiring membesarnya penyerapan. Sebanyak 1,792 juta ton dari 2,34 juta ton adalah sisa stok beras akhir 2024, yang sebagian besar berasal dari impor. Sementara, sekitar 436 ribu ton (18,6%) dari 2,34 juta ton beras telah berusia 7-12 bulan, bahkan ada hampir 55 ribu ton (2,3%) berusia lebih setahun. Mayoritas, yakni sekitar 1,079 juta ton (46,1%), beras berusia 4-6 bulan.
Terkait kondisi tersebut, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan bahwa idealnya beras hanya disimpan selama 4 bulan. Lebih dari 4 bulan beras harus dikeluarkan dari gudang untuk disalurkan agar tidak berpotensi turun mutu, atau bahkan rusak.
"Beras yang disimpan di gudang memerlukan perawatan. Kian lama penyimpanan kian besar biaya perawatan. Ini akan membebani Bulog sebagai korporasi. Selain itu, jika ada beras rusak di gudang, Bulog pasti dihujat. Temuan beras berkutu di gudang Bulog di Yogyakarta, Maret 2025 lalu saja sudah membuat gaduh, apalagi bila ada beras rusak," ungkap Kudhori dalam keterangan tertulisnya, Minggu (20/4/2025).
Baca Juga: Manfaatkan Momentum Panen Raya, Serapan Beras Petani Tembus 1 Juta Ton Terkait alasan Bulog hanya menyimpan beras di gudang, Kudhori mengatakan bahwa menurut aturan penggunaan cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola badan itu memang harus atas perintah pemilik barang. Akhir 2024, kata dia, Presiden Prabowo Subianto menyetujui penyaluran bantuan pangan beras pada 2025 diberikan 6 bulan. Bantuan itu menyasar 16 juta keluarga miskin, yang masing-masing diberi 10 kg/keluarga/bulan. Total bantuan mencapai 960 ribu ton. Rencananya bantuan disalurkan Januari-Februari 2025 saat paceklik.
"Namun, belum sempat disalurkan, pemerintah memutuskan penyaluran bantuan pangan beras ditunda. Alasannya, produksi beras melimpah. Dalam tiga bulan pertama tahun 2025 produksi padi naik lebih 50% dibandingkan periode sama di tahun lalu," tuturnya.
kan tetapi, jelas Kudhori, membandingkan produksi awal tahun ini yang kondisi iklim/cuaca normal dengan awal tahun lalu yang dilanda El Nino tidaklah tepat. Karena, kondisi keduanya amat berbeda. Merujuk BMKG, El Nino berlangsung Juni 2023 hingga April 2024. Ini yang membuat produksi beras tertekan, termasuk di 3 bulan awal 2024. Produksi 3 bulan awal 2024 hanya 5,6 juta ton beras.
Juga akibat El Nino, puncak produksi beras 2024 bergeser dari Maret ke April. Oleh karena itu, produksi 3 bulan 2025 lebih tepat dibandingkan produksi 3 bulan awal 2023 atau 2022. Produksi beras 3 bulan awal 2023 mencapai 9,32 juta ton, lebih besar dari produksi 3 bulan awal 2025 yang sebesar 9,04 juta ton.
"Lagi pula mengklaim produksi beras di Januari-Februari 2025 melimpah --karena naik tinggi ketimbang Januari-Februari 2024-- tidak tepat. Apabila paceklik dimaknai produksi dikurangi konsumsi di bulan yang sama terjadi defisit, Januari-Februari 2025 sebenarnya termasuk paceklik," kata dia.
Produksi beras melimpah menurutnya baru terjadi di Maret. Merujuk data BPS, produksi beras Januari sebesar 1,24 juta ton, Februari 2,23 juta ton, dan Maret 5,57 juta ton. Sementara konsumsi beras mencapai 2,6 juta ton per bulan.
Menurut Khudori, sebetulnya Bulog masih memiliki outlet agar beras tidak menumpuk di gudang, yakni operasi pasar bernama Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Namun, SPHP juga distop penyalurannya dengan alasan yang sama, yakni produksi beras melimpah.
Setelah bantuan pangan beras dihentikan dan kemudian diikuti penyetopan penyaluran SPHP, pasar sepenuhnya dipasok beras oleh swasta. "Bagi swasta, ini peluang pasar yang baik. Tapi bagi warga miskin calon penerima bantuan atau warga rentan yang berharap bisa membeli beras SPHP dengan harga terjangkau, mereka gigit jari. Mau tidak mau mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli beras," cetusnya.
Padahal, lanjut dia, penghentian penyaluran keduanya dengan alasan produksi beras melimpah tidak tepat. Tahun 2025 ini SPHP ditargetkan tersalur 1,2 juta ton beras, setara 2 tahun terakhir yang rerata mencapai 1,29 juta ton. Bersama bantuan pangan beras, SPHP jadi outlet penting beras Bulog di tahun 2023 dan 2024.
Bantuan pangan beras diinisiasi Badan Pangan Nasional pada 2023. Saat itu bantuan menyasar 21,35 juta keluarga selama 7 bulan. Mereka menerima 10 kg beras/keluarga/bulan. Hasilnya dinilai baik, maka dilanjutkan dengan penyaluran 9 bulan di 2024. Di 2 tahun itu bantuan pangan menyedot beras Bulog masing-masing 1,49 juta ton di 2023 dan 1,97 juta ton di 2024.
Dengan bantuan beras 10 kg per bulan, jelas Khudori, keluarga penerima terlindungi dari gejolak harga beras di pasar. Dengan cakupan sasaran yang relatif besar, yakni 21,35 juta keluarga, bantuan beras memengaruhi keseimbangan harga beras di pasar dari sisi permintaan (demand side) dan sisi penawaran (supply side).
Dari sisi penawaran, ditandai dengan berkurangnya permintaan keluarga penerima bantuan terhadap beras di pasar. Hal ini membuat tekanan permintaan beras di pasar berkurang, sehingga gejolak atau kenaikan harga beras lebih terkendali. Bahkan, harga beras di pasar bisa turun dan lebih murah. Inflasi juga relatif terkendali. Dengan volume bantuan yang besar, 213,5 ribu ton atau 8,5% dari konsumsi bulanan, menunjukkan kontribusi ketersediaan program ini relatif tinggi terhadap ketersediaan beras nasional.
Khudoei menilai, bantuan juga berperan pada sisi penawaran beras. Dengan volume yang besar, bantuan beras memengaruhi keseimbangan harga beras di pasar dari sisi penawaran. "Pendek kata, bantuan beras memberikan efek positif terhadap stabilisasi harga beras di pasar dari dua sisi sekaligus, dari sisi permintaan dengan berkurangnya tekanan permintaan di pasar, dan dari sisi penawaran dengan tersedianya pasokan beras sesuai volume bantuan," paparnya.
Baca Juga: Indonesia Sedang Menanti Jet Tempur Rafale, tapi Digoda Boeing dengan F-15EX Penghentian penyaluran bantuan beras dan SPHP menurutnya memberi pelajaran penting, yaitu outlet pasti beras Bulog masih belum ada. Outlet SPHP dan bantuan beras dibuat sebagai pengganti outlet Raskin yang hilang. Saat Raskin masih ada, Bulog menyalurkan antara 3-3,2 juta ton beras/bulan. Ketika Raskin diubah jadi bantuan pangan nontunai (BPNT), outlet itu hilang. "Sejak itu sampai saat ini tidak ada outlet pasti beras Bulog. Padahal, beras barang yang tak tahan lama, berpotensi rusak jika lama disimpan," tandasnya.
Khudori juga menyoal peran melimpahnya beras kelolaan Bulog yang diklaim sebagai terbesar sepanjang sejarah dan linier dengan produksi padi melimpah. Dia menegaskan, cadangan geras itu tidak berguna bagi rakyat jika beras hanya ditumpuk di gudang.
"Bukankah rakyat miskin tetap harus pergi ke pasar dan membeli beras? Bukankah saat ini harga beras cenderung naik di saat puncak panen raya? Bukankah sudah berbulan-bulan harga beras, medium dan premium, nangkring di atas harga eceran tertinggi (HET)? Bukankah ini anomali dan absurd?" cetusnya.
Presiden Prabowo sudah mengeluarkan Inpres No. 6/2025 tentang Pengadaan dan Pengelolaan Gabah/Beras Dalam Negeri Serta Penyaluran CBP, 27 Maret 2025. Di Inpres itu, outlet beras Bulog terbentang luas, mulai untuk SPHP, bantuan pangan (termasuk bantuan pangan luar negeri), tanggap darurat bencana, penyaluran untuk TNI/ASN/Polri dan program Makan Bergizi Gratis, dan CBP pemda, bahkan bisa untuk bantuan sosial. Menurut dia, regulasi ini perlu ditindaklanjuti lebih konkrit dalam bentuk aturan turunan oleh kementerian/lembaga terkait.
"Ini niscaya agar integrasi kebijakan perberasan di hulu, tengah, dan hilir terjadi. Beras yang diserap Bulog dari produksi petani domestik dikelola dan didistribusikan ke seluruh wilayah, kemudian disalurkan sesuai outlet pasti. Dengan integrasi ini, beras bisa dialirkan terus menerus dari gudang dengan prinsip 'yang masuk duluan keluar duluan' sehingga beras terus segar dan dan tidak rusak," tutupnya.
(fjo)