JAKARTA - Sejak dinobatkan sebagai Putra Mahkota
Kerajaan Arab Saudi pada tahun 2017,
Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) telah menorehkan babak baru dalam sejarah kerajaan Islam tersebut.
Melalui berbagai kebijakan berani dan sering kali kontroversial, dia mengubah wajah kerajaan konservatif ini menjadi negara yang lebih terbuka.
Dia juga melakukan diversifikasi ekonomi dan mengatur ulang posisi Arab Saudi dalam tatanan geopolitik dunia.
Dalam tiga dimensi utama—ekonomi, sosial, dan geopolitik—kebijakan-kebijakan Pangeran MbS bukan hanya berdampak besar di dalam negeri, tetapi juga menimbulkan resonansi di kawasan Timur Tengah dan dunia internasional.
Baca Juga: Profil Putri Fahda binti Falah, Ibu Mohammed bin Salman yang Disebut DilarangTemui Raja Salman
3 Kebijakan Mohammed bin Salman yang Ubah Wajah Arab Saudi
1. Visi 2030 dan Upaya Lepas dari Ketergantungan Minyak
Diluncurkan pada April 2016, Visi 2030 adalah strategi jangka panjang Pangeran MbS untuk mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi.
Tujuannya jelas, yakni mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Kerajaan Arab Saudi.
Beberapa Elemen Utama Visi 2030:♦Privatisasi sebagian dari Saudi Aramco, perusahaan minyak nasional terbesar di dunia. Pada Desember 2019, IPO Aramco menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah, mengumpulkan lebih dari USD25,6 miliar.
♦Penguatan sektor nonmigas seperti pariwisata, hiburan, logistik, pertambangan, dan industri teknologi.
♦Peningkatan partisipasi tenaga kerja perempuan dari 22% pada 2016 menjadi lebih dari 35% pada 2023.
♦Proyek mega infrastruktur, seperti NEOM, Qiddiya (zona hiburan), dan Red Sea Project (resor wisata).
2. Perluasan Hak Perempuan dan Tumbuhkan Industri Hiburan
♦Perluasan Hak Perempuan
Salah satu aspek reformasi paling mencolok dari era Pangeran MbS adalah perluasan hak-hak perempuan Kerajaan Arab Saudi.
Perubahan besar yang terkenal antara lain perempuan diizinkan mengemudi mulai Juni 2018, sistem perwalian laki-laki dilonggarkan yang memungkinkan perempuan bepergian ke luar negeri tanpa izin dari walinya, dan keterlibatan perempuan dalam angkatan kerja yang meningkat tajam—termasuk dalam sektor perbankan, penerbangan, bahkan militer.
Kebijakan ini mengubah wajah ruang publik Arab Saudi dan menarik pujian internasional.
♦Tumbuhnya Industri Hiburan
Pangeran MbS meluncurkan General Entertainment Authority (GEA) dan memperkenalkan festival-festival raksasa seperti Riyadh Season dan MDL Beast, yang mendatangkan musisi dunia seperti BTS, David Guetta, hingga Post Malone.
Selain itu, bioskop dibuka kembali pada 2018 setelah larangan selama 35 tahun, konser musik dan teater kini menjadi bagian dari kehidupan kota besar seperti Jeddah dan Riyadh, umrah dan haji dipermudah dengan sistem visa elektronik dan kampanye promosi global.
3. Pendekatan Baru terhadap Iran dan Israel
Selama bertahun-tahun, Arab Saudi dan Iran menjadi rival regional dalam konflik proksi di Yaman, Suriah, dan Lebanon. Namun, pada Maret 2023, Arab Saudi mengejutkan dunia dengan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Iran yang difasilitasi oleh China.
Langkah ini mencerminkan pragmatisme baru dalam politik luar negeri Arab Saudi.
Sementara itu, meski belum ada kesepakatan formal, Pangeran MbS tidak menutup kemungkinan untuk menormalisasi hubungan Arab Saudi dengan Israel. Syaratnya, Negara Palestina yang merdeka harus berdairi—syarat yang sejauh ini sulit dipenuhi oleh rezim Zionis Israel.
Meski tidak menjalin hubungan diplomatik resmi, laporan media-media Israel pernah menyebutkan bahwa kedua negara diam-diam berkolaborasi dalam bidang teknologi hingga keamanan siber.
Selain soal Iran dan Israel, Arab Saudi juga meningkatkan kerja sama dengan China. Ini mencakup langkah Arab Saudi menjual minyak dalam yuan, menandatangani proyek teknologi dan infrastruktur dalam kerangka Belt and Road Initiative, dan
mengundang China sebagai penengah dalam konflik regional.
(mas)