BENCANA besar membuat pembangunan istana baru
Kerajaaan Mataram di bawah kekuasaan
Sultan Amangkurat I, tak berjalan mulus. Selain kekurangan pekerja bangunan, faktor alam memang cukup berpengaruh pada proses pembangunan istana megah ini.
Bahkan untuk membuat proyek istana megah dengan kompleksnya Sultan Amangkurat I mendatangkan orang dari Karawang dan mengerahkan seluruh rakyatnya. Tercatat ada 300 ribu pekerja dilibatkan dalam proses pembangunan istana megah itu.
Baca juga: Jejak Kebengisan Amangkurat I, Bunuh Ribuan Ulama karena Takut Kehilangan Takhta Pada tahun 1661 raja begitu disibukkan sekali dengan ingin menjadikan tempat kediamannya sebuah pulau.
Sultan Amangkurat I bahkan meminta para penguasa pantai tidak boleh meninggalkan tempat, karena mereka harus turut mengawasi pekerjaan yang sedang dilakukan di sana, sebagaimana dikutip dari "Disintegrasi Mataram: di Bawah Mangkurat I" dari H.J. De Graaf.
Hal ini pula yang diberitakan dalam Babad Sangkala pada tahun 1683 J atau mulai 6 September 1660, yang menyebut para penduduk pesisir dan Mancanegara bekerja membangun lagi sebuah bendungan di Jaha.
Para umbul masing-masing mengawasi sebagian pekerjaan tertentu, tetapi banjir yang datang setelah itu menimbulkan kerusakan besar.
Baca juga: Kisah Pemberontakan Pangeran dari Madura, Hancurkan Istana Baru Mataram yang Dibangun Amangkurat I Dua tahun kemudian dilakukan penggalian kembali. Raja mempunyai rencana untuk menyuruh dibuat sebuah kolam besar di belakang atau sekeliling istana. Beberapa bulan kemudian dikatakan bahwa Sultan Amangkurat I mulai pusing kepala lagi untuk membuat sebuah bendungan di belakang istana kerajaannya.
Kemudian untuk kepentingan pembangunan keraton, dibuatlah sebuah bendungan yang tidak hanya untuk mengendalikan air danau, melainkan juga berfungsi melindungi keraton di sebelah selatan dan timur dari banjir.
Pada tahun 1659 danau itu diperluas, dengan sebagian dari sebelah timur alun-alun. Setelah itu bendungan yang lama dibobol. Pada tahun 1661 dicoba untuk mengalirkan air tidak hanya di sebelah selatan dan timur, tetapi juga di sebelah utara dan barat. Pekerjaan yang sangat luas ini membutuhkan 300.000 tenaga kerja paksa.
Sayang pada sekitar tahun 1661 dikabarkan dari utusan Belanda musim hujan datang dengan dahsyat. Alhasil proyek itu pun berantakan. Lumbung besar itu dihantam banjir bandang, sehingga banyak orang kekurangan beras.
Tak hanya itu, bendungan besar pun juga disapu bersih oleh banjir bandang. Baru pada tahun 1663 pekerjaan pada bangunan air itu dapat dimulai kembali dan diselesaikan.
(shf)