WASHINGTON - Lockheed Martin, raksasa pertahanan Amerika Serikat (AS), sedang mempersiapkan gebrakan besar setelah secara mengejutkan kalah dalam perebutan kontrak jet tempur generasi keenam (NGAD) dari Boeing.
Alih-alih mundur, Lockheed Martin justru meluncurkan rencana ambisius untuk mengubah
jet tempur siluman F-35 Lightning II menjadi versi "Ferrari" terbang yang dilengkapi teknologi generasi keenam—dan separuh lebih murah dari proyek Boeing.
Langkah ini diumumkan tak lama setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Boeing akan mengembangkan jet tempur berawak generasi keenam yang diberi kode F-47. Pengumuman itu menandai tonggak sejarah dalam dunia penerbangan militer AS, sekaligus menjadi kekalahan besar bagi Lockheed Martin, yang sebelumnya juga mundur dari proyek F/A-XX Angkatan Laut AS.
Baca Juga: Rakyat Swiss Minta Pembelian 36 Jet Tempur Siluman F-35 AS Dibatalkan, Ini Alasannya Namun, CEO Lockheed Martin, Jim Taiclet, mengungkap bahwa perusahaan tidak tinggal diam. Dalam panggilan investor, dia menyatakan bahwa Lockheed dapat menyematkan hingga 80% teknologi generasi keenam yang dikembangkan dalam program NGAD ke dalam tubuh F-35 yang telah diproduksi lebih dari 1.100 unit di seluruh dunia.
“Kami akan mengubah sasis F-35 menjadi sebuah Ferrari,” ujar Taiclet kepada
The War Zone.
“Seperti
upgrade NASCAR, kami akan menerapkan teknologi bersama dari NGAD dan program F-35 untuk menciptakan pesawat tempur generasi 5+ yang lebih terjangkau," ujarnya.
Menurut Taiclet, pendekatan ini serupa dengan strategi Boeing yang melahirkan F-15EX—jet tempur generasi 4,5 hasil modernisasi F-15 dengan teknologi mutakhir.
Namun ambisi Lockheed jauh lebih besar: membawa sebagian besar keunggulan jet tempur generasi keenam ke dalam platform yang sudah ada, sambil memangkas biaya hingga setengahnya dibandingkan jet tempur generasi enam penuh.
Hal ini penting mengingat proyek NGAD sebelumnya sempat tertunda karena tingginya biaya—diperkirakan mencapai USD300 juta per unit.
Teknologi Apa yang Akan Ditanamkan pada F-35?
Meski rincian teknis dirahasiakan, Taiclet menyebut sejumlah fitur canggih yang menjadi fokus, seperti radar inframerah pasif baru, kemampuan stealth generasi lanjut, serta sistem kendali berbasis kecerdasan buatan (AI) dan kemampuan kerja sama antara pesawat berawak dan
drone (
manned-unmanned teaming).
“Pertempuran udara masa kini bukan soal dogfight lagi. Tujuannya adalah menembak musuh bahkan sebelum mereka tahu kita ada,” katanya.
“Itulah peran sensor dan teknologi siluman yang canggih," ujarnya.
F-35 versi terbaru nantinya juga diharapkan akan memiliki sistem pelacakan target yang lebih akurat serta persenjataan jarak jauh, bahkan kemungkinan dilengkapi dengan senjata energi terarah (laser) seperti yang dikembangkan untuk jet tempur generasi keenam.
Pesaing Rusia dan Era Baru Perang Udara
Langkah Lockheed ini mencerminkan tren global, di mana negara-negara besar berlomba memperkuat armada udara mereka.
Rusia, misalnya, melalui United Aircraft Corporation (UAC), mengklaim telah membekali jet Su-57 dengan teknologi generasi keenam. Artinya, medan tempur udara masa depan akan ditentukan oleh siapa yang lebih cepat mengadopsi inovasi disruptif.
Para pakar meyakini bahwa transisi ke generasi keenam bukan sekadar peningkatan, melainkan transformasi besar. Teknologi seperti stealth multispektral, jaringan tempur,
drone pendamping (
loyal wingman), misil hipersonik, hingga sistem peperangan elektronik terpadu menjadi standar baru dalam superioritas udara.
Menariknya, Lockheed Martin menyatakan bahwa teknologi baru ini dirancang agar bisa diekspor ke negara-negara sahabat yang telah mengoperasikan F-35. Lebih dari 20 negara telah membeli F-35, dan peningkatan teknologi ini diperkirakan akan memicu gelombang pembelian baru.
“Kami merancang teknologi ini agar dapat diekspor,” kata Taiclet. “Tujuannya adalah membawa nilai terbaik, bukan hanya teknologi tertinggi.”
Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia, solusi tempur murah namun berkemampuan tinggi seperti F-35 “Ferrari” bisa menjadi opsi strategis yang menarik bagi negara-negara sekutu AS yang menghadapi keterbatasan anggaran pertahanan.
(mas)