floating-JEC Luncurkan Matapedia...
JEC Luncurkan Matapedia Ensiklopedia Digital Pertama di Indonesia
JEC Luncurkan Matapedia...
JEC Luncurkan Matapedia Ensiklopedia Digital Pertama di Indonesia
Jum'at, 25 April 2025 - 21:49 WIB
JAKARTA - JEC Eye Hospitals and Clinics memperkenalkan Matapedia ensiklopedia digital kesehatan mata pertama di Indonesia. Peluncuran ini merupakan komitmen JEC dalam memajukan kesehatan mata di Indonesia.

Peluncuran pelayanan kesehatan mata ini dilakukan bersamaan dengan penyelenggaraan JEC International Meeting (JECIM) 2025, pertama setelah absen selama lima tahun akibat pandemi.

Baca juga: 5 Buah yang Bagus untuk Kesehatan Mata, Ayo Rutin Konsumsi!

Berbasis ilmiah dalam bahasa Indonesia yang mudah dipahami, Matapedia menyediakan ratusan artikel mengenai penyakit mata, prosedur medis, tips perawatan mata, hingga penjelasan teknologi oftalmologi terkini. Semuanya disusun oleh tim dokter dan kontributor profesional kesehatan mata.

Presiden Direktur JEC Korporat Johan Hutauruk menyampaikan, peluncuran Matapedia menjadi tonggak penting transformasi digital dalam edukasi kesehatan mata di Indonesia.

“JEC berkomitmen untuk memajukan kesehatan mata di Indonesia melalui inovasi dan edukasi yang berbasis sains. Matapedia, sebagai ensiklopedia digital pertama di Indonesia, merupakan wujud nyata dari visi kami untuk mengoptimalkan penglihatan dan kualitas hidup masyarakat," ujarnya di Jakarta, Jumat (25/4/2025).

Baca juga: Waspadai Masalah Kesehatan Mata Anak Akibat Gadget

Menurut Johan, inisiatif ini memperkuat posisi JEC sebagai pemimpin layanan mata dengan menyediakan informasi akurat yang memerangi misinformasi kesehatan, sekaligus memastikan akses pengetahuan bagi masyarakat dan tenaga medis di seluruh Indonesia.

"Matapedia hadir untuk melayani tidak hanya masyarakat umum tetapi juga menjadi sumber pengetahuan praktis bagi tenaga kesehatan primer - sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan mata di daerah terpencil," katanya.

Johan menyebut, platform ini menghadirkan beragam format konten, mulai dari teks dan infografis hingga konten audio-visual, dilengkapi dengan fitur canggih "Tanya AI" untuk konsultasi langsung mengenai gejala atau terminologi medis.

"Keunggulan ini menjadikan Matapedia solusi komprehensif dalam memerangi informasi kesehatan mata yang tidak akurat yang marak beredar di dunia digital," ucapnya.

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mendapati dari total 1.923 konten hoaks yang terdeteksi sepanjang 2024, sekitar 163 di antaranya merupakan misinformasi terkait kesehatan.

Situasi ini semakin memprihatinkan, mengingat survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menemukan, 27,79% masyarakat Indonesia mengakses berita atau informasi tentang kesehatan di internet.

Sayangnya, Indeks Literasi Digital Indonesia 2024 oleh Komdigi menunjukkan angka 43,34; mengindikasikan masyarakat cukup mahir menggunakan perangkat digital, tetapi belum mampu memilah kevalidan informasi apalagi memverifikasi sumber informasi yang didapatkan.

"Matapedia hadir sebagai solusi dengan menyajikan konten-konten kesehatan mata yang akurat, ditulis dan diverifikasi langsung oleh dokter serta tenaga medis profesional. Seluruh informasi tersebut bisa diakses secara gratis oleh masyarakat umum melalui laman resmi," ucapnya.

Selain memperkuat sisi edukasi publik, Matapedia juga hadir menjawab tantangan besar layanan mata di Indonesia. Data RAAB menunjukkan 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan di mana 1,6 juta di antaranya buta, sementara 6,4 juta lainnya mengalami gangguan sedang hingga berat.

"Padahal, jumlah dokter spesialis mata menurut Perdami hanya 3.000 orang. Artinya satu dokter mata harus menangani rata-rata lebih dari 2.000 pasien, rasio yang sangat jauh dari ideal.

Direktur Utama RS Mata JEC Menteng, sekaligus Ketua JECIM 2025 Referano Agustiawan mengatakan, ketimpangan antara kebutuhan layanan dengan ketersediaan SDM ini menjadi alasan kuat mengapa platform seperti Matapedia urgen tersedia.

"Kami ingin memastikan bahwa di tengah keterbatasan akses layanan langsung, masyarakat tetap bisa mendapatkan informasi yang tepat, akurat, dan bisa dipercaya. Harapan kami, tak ada lagi orang tua yang bingung menghadapi masalah mata anak karena informasi tidak akurat. Tak ada lagi pasien glaukoma yang terlambat berobat akibat mitos yang dibacanya,” katanya.

JEC menargetkan lebih dari 1.000 artikel dalam satu tahun pertama. JEC juga sedang menyiapkan aplikasi mobile dengan fitur aksesibilitas lengkap untuk tunanetra, termasuk pembaca layar dan panduan audio interaktif.

"Forum ini juga bertujuan untuk mengeksplorasi cara-cara baru dalam menangani berbagai tantangan kesehatan mata global, utamanya di negara dengan prevalensi gangguan penglihatan yang tinggi seperti Indonesia," katanya," paparnya.

JECIM merupakan ajang berkumpulnya para profesional penanganan mata terkemuka dari seluruh dunia untuk berbagi pengetahuan dan inovasi terkini di ranah oftalmologi.

"Mengusung tema ‘Shaping the Future of Vision,’ JECIM 2025 kami dedikasikan sebagai ruang kolaboratif, edukatif, dan inklusivitas untuk membentuk masa depan oftalmologi yang lebih baik," katanya.

Melalui forum ini, pihaknya ingin mendorong lebih banyak diskusi lintas disiplin dan kolaborasi internasional, serta menginspirasi lahirnya terobosan-terobosan nyata.

Pada gelaran tahun ini, JECIM menghadirkan pembicara dari 17 negara dan diikuti oleh lebih dari 1.200 partisipan dari kalangan dokter mata, termasuk young ophthalmologist dan ophthalmology community, perawat mata, optometrist/refraksionis optisien, serta praktisi industri kesehatan mata lainnya.

Selama tiga hari mulai 25-28 April 2025, para peserta akan mengikuti sesi ilmiah, workshop teknis, dan presentasi inovasi terbaru, termasuk penerapan kecerdasan buatan (AI) dalam diagnosis retina, teknik bedah semirobotik.

"Teknik yang menjanjikan peningkatan presisi dalam operasi mata, dan memungkinkan pengurangan kesalahan manusia dan meminimalisir risiko komplikasi serta hospital management yang ditujukan kepada praktisi dalam mengelola rumah sakit dan klinik mata berstandar global," tandasnya.

Salah satu pengalaman yang ditawarkan dalam JECIM 2025 adalah surgery experience in 3D - pertama di Indonesia, yang membawa partisipan seolah terlibat langsung dalam sebuah tindakan operasi mata melalui sebuah kacamata khusus.

Selain itu, guna memudahkan peserta untuk terus mendapatkan update kegiatan, termasuk seluruh detail sesi dan pembicara, JECIM 2025 juga telah dilengkapi aplikasi khusus yang dapat diunduh melalui ponsel pintar.

Melalui peluncuran Matapedia dan penyelenggaraan JECIM 2025, JEC memperkuat komitmen menciptakan layanan mata inklusif berbasis sains mencerminkan langkah strategis JEC dalam menghadapi era kesehatan digital dengan tetap mengutamakan keakuratan informasi dan akses yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat.

"Inovasi digital melalui peluncuran Matapedia dan kolaborasi global dalam JECIM 2025 semakin meneguhkan keterbukaan sekaligus komitmen JEC untuk terus memajukan ranah kesehatan mata di Tanah Air," ujarnya.
(shf)
Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :
Permudah Akses Kesehatan...
Permudah Akses Kesehatan Bagi Masyarakat, Baznas RI Resmikan RSB di Kepulauan Riau
Transformasi Ruang Tunggu...
Transformasi Ruang Tunggu Pasien dengan Digimeds
Hadapi Kanker Payudara:...
Hadapi Kanker Payudara: Saatnya Diagnosis Tepat, Terapi Cepat, dan Harapan Nyata
Bethsaida Healthcare...
Bethsaida Healthcare Jalin Kemitraan Internasional, Tingkatkan Standar Perawatan Pasien
Memasuki Usia 50 Tahun,...
Memasuki Usia 50 Tahun, RSI AYani Tingkatkan Daya Saing Inovasi