JAKARTA - Menteri Keuangan, Anton Siluanov memperingatkan,
Rusia harus bersiap menghadapi potensi tekanan anggaran karena penurunan pendapatan minyak dan ketidakstabilan ekonomi global. Seperti diketahui perang dagang global semakin memanas yang dipicu
tarif impor terbaru Amerika Serikat (AS) terhadap hampir semua mitra dagangnya.
Pada pertemuan belum lama ini seperti dilansir RT, Siluanov mendukung peningkatan cadangan fiskal dan merevisi aturan anggaran yang dinilai sudah 'ketinggalan zaman'. Ditambah pendapatan minyak melebihi ambang batas USD60 per barel dialihkan ke National Wealth Fund (NWF).
Dirancang untuk melindungi ekonomi dari perubahan harga komoditas, terutama di minyak, Sulianov berpendapat dana tersebut harus mencakup "tiga tahun pembiayaan pengeluaran tanpa gangguan."
Baca Juga: Digempur Sanksi Barat, Rusia Malah Cetak 15 Miliarder Baru "Situasi global saat ini membutuhkan perhatian khusus terhadap ketahanan keuangan publik terhadap berbagai skenario pembangunan ekonomi global," katanya, Rabu.
Risiko utama datang dari 'berlangsungnya
perang dagang ', yang memotong peluang ekspor bagi negara-negara, termasuk Rusia. Menurutnya, pengeluaran harus disesuaikan untuk mencerminkan 'realitas baru'.
"Kami harus lebih sederhana dalam keinginan kami dan memastikan pengembalian yang lebih besar dari setiap rubel di anggaran," katanya.
Pendapatan minyak dan gas Rusia hanya terdiri dari seperempat dari anggaran federal, Sulianov mencatat, ada pengurangan ketergantungan yang signifikan pada sektor tersebut. Pendapatan minyak dan gas mencapai 2,64 triliun rubel (USD28,4 miliar) pada kuartal pertama tahun 2025, turun 9,8% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024, menurut perkiraan awal Kementerian Keuangan.
Perdana Menteri Mikhail Mishustin juga berpidato dalam pertemuan tersebut, mendesak kementerian untuk fokus pada stabilitas makroekonomi dan bersiap untuk bereaksi terhadap fluktuasi pasar.
"Penting untuk memberikan perhatian khusus pada langkah-langkah untuk mencegah risiko anggaran," kata Mishustin.
"Kita harus, dan tentu saja bersiap untuk perubahan dan menyusun berbagai skenario berdasarkan situasi saat ini," paparnya.
Harga minyak terus menyusut dengan tajam sejak awal April, tertekan oleh tarif perdagangan AS dan keputusan tidak terduga OPEC+ untuk meningkatkan produksi. Negara-negara anggota setuju untuk meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari mulai Mei, tiga kali lipat dari kenaikan yang direncanakan semula sebesar 135.000 barel per hari.
Baca Juga: Bank Sentral Rusia Memperingatkan Kejatuhan Harga Minyak era 80-an Bisa Terulang Pada 9 April, harga minyak mentah Ural Rusia turun di bawah USD50 per barel untuk pertama kalinya sejak Juni 2023. Sebelumnya di bulan Maret, Kementerian Keuangan mengatakan pihaknya memperkirakan harga minyak rata-rata pada tahun 2025 mendekati USD60 per barel, turun dari USD70 yang dianggarkan. Perkiraan Kementerian Pembangunan Ekonomi bahkan lebih rendah, yaitu USD56 per barel.
(akr)