floating-Misi Australia Meruntuhkan...
Misi Australia Meruntuhkan Dominasi China dalam Logam Tanah Jarang
Misi Australia Meruntuhkan...
Misi Australia Meruntuhkan Dominasi China dalam Logam Tanah Jarang
Rabu, 30 April 2025 - 10:59 WIB
JAKARTA - Perdana Menteri Australia , Anthony Albanese berjanji bakal menginvestasikan 1,2 miliar dolar Australia yang jika dirupiahkan setara Rp12,8 triliun untuk memperkuat cadangan mineral kritis. Hal ini setelah China memberlakukan pembatasan ekspor pada tujuh elemen tanah jarang , yang berperan penting dalam produksi teknologi canggih - termasuk kendaraan listrik, jet tempur, hingga robot.

Pembatasan China berlaku untuk semua negara, meski secara luas dipandang sebagai pembalasan terhadap tarif Presiden AS Donald Trump. Albanese mengatakan, Australia akan memprioritaskan mineral termasuk logam tanah jarang. Tapi bisakah rencananya menantang dominasi China?

Apa itu mineral tanah jarang dan mengapa itu penting?

Tanah jarang adalah sekelompok 17 elemen - yang dilabeli langka karena sulit untuk diekstraksi dan dimurnikan. Logam tanah jarang, seperti samarium dan terbium, sangat penting dalam produksi teknologi yang akan membentuk dunia dalam beberapa dekade mendatang – termasuk kendaraan listrik dan sistem senjata canggih.

Cadangan yang diusulkan Albanese, mencakup tanah jarang serta mineral kritis lainnya di mana Australia adalah produsen utama - seperti lithium dan kobalt. Baca Juga: 5 Negara Penguasa Harta Karun Logam Tanah Jarang di Dunia

Baik China dan Australia memiliki cadangan tanah jarang. Tetapi 90% penyulingan tanah jarang – yang membuatnya dapat digunakan dalam teknologi – terjadi di China, membuat negara tersebut menjadi pengendali yang signifikan atas pasokan global. Dan hal itu telah menakuti negara Barat.

Mengapa China membatasi ekspor mineral tanah jarang?

Beijing menerangkan, pembatasan ekspor logam tanah jarang adalah tanggapan atas tarif Trump pada impor China ke AS, yang saat ini sudah menyentuh angka 145%.

Tetapi para analis mengatakan, ketidakmampuan Washington untuk mengamankan pasokan tanah jarang telah menjadi salah satu kecemasan utama pemerintahan Trump, terutama karena ketegangan diplomatik dengan Beijing semakin dalam.

Sekitar 75% impor tanah jarang AS berasal dari China antara periode 2019 dan 2022, menurut Survei Geologi AS.

Direktur Penelitian Bijih Besi di Perth, Australia Barat, Philip Kirchlechner mengatakan kepada BBC bahwa AS dan Uni Eropa telah "menjatuhkan bola panas" dengan mengakui pentingnya tanah jarang selama beberapa dekade terakhir, karena China dengan cepat mengembangkan monopoli atas pemurnian.

"China menginjakkan kakinya di pembuluh darah ... sistem pertahanan AS dan Eropa," tambahnya.

CEO Tesla, Elon Musk pekan ini mengatakan, bahwa China menghentikan ekspor tanah jarang yang digunakan dalam membuat magnet canggih hingga memengaruhi kemampuan perusahaan dalam pengembangan robot humanoid. Hal ini menjadi sinyal awal dari efek serius yang dapat ditimbulkan Beijing kepada perusahaan AS.

Bisakah Australia mengubah dominasi China?

Proposal Albanese menerangkan, bahwa cadangan mineral yang dimaksud bakal siap memasok untuk "industri domestik dan mitra internasional", bisa juga ke sekutu seperti AS dan UE.

Tetapi Kirchlechner mengungkapkan, langkah itu "sudah lama tertunda", dan menambahkan bahwa proposal itu "tidak akan menyelesaikan masalah".

Masalah mendasarnya adalah bahwa meskipun Australia mampu menimbun lebih banyak mineral kritis, proses penyulingan tanah jarang sebagian besar masih akan dikendalikan oleh China.

Lithium – bukan tanah jarang, tetapi logam yang satu ini juga penting dalam produksi baterai kendaraan listrik dan panel surya – menjadi contoh yang baik. Australia menambang 33% dari lithium dunia, tetapi hanya memurnikan dan mengekspor sebagian kecil.

Di sisi lain China, hanya menambang 23% dari lithium dunia, tetapi memurnikan 57% di antaranya, menurut Badan Energi Internasional.

Australia terus berinvestasi dalam pemurnian tanah jarang sebagai bagian dari rencana Future Made in Australia, yang bertujuan memanfaatkan cadangan mineral kritis negara itu untuk mendorong transisi hijau.

Arafura Rare Earths, yang berkantor pusat di Perth, Australia Barat, tahun lalu menerima pendanaan 840 juta dolar Australia untuk menciptakan kolaborasi tambang dan kilang pertama untuk tanah jarang. Selanjutnya pada bulan November, Australia membuka pabrik pengolahan tanah jarang pertamanya, yang dioperasikan oleh Lynas Rare Earths di Australia Barat.

Tetapi Australia diperkirakan akan bergantung pada China untuk pemurnian, setidaknya hingga 2026, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional, yang berkantor pusat di Washington.

Bagaimana AS dan China akan merespons?

China telah mencoba untuk menangkap volatilitas yang dibawa oleh Trump. Dalam serangkaian editorial di surat kabar Australia, duta besar China untuk Canberra mengecam pendekatan Washington terhadap perdagangan global, dan meminta Australia "bergandengan tangan" dengan Beijing - sesuatu yang dengan cepat ditolak Albanese.

Australia telah menggembar-gemborkan industri sumber dayanya dalam pembicaraannya dengan Trump. Beberapa mineral kritis dibebaskan dari tarif 10% yang dia berlakukan pada impor sebagian besar produk Australia.

Tetapi analis mengatakan, proposal Albanese terutama ditujukan untuk melindungi Australia dan mitranya dari musuh strategis seperti China.

Kepala ekonom untuk Asia-Pasifik di Natixis, Alicia García-Herrero mengatakan, kepada BBC bahwa rencana Albanese "lebih canggih" daripada proposal sebelumnya, karena mencakup kemampuan untuk menjual sumber daya Australia pada saat konflik ekonomi.

Jika China memberlakukan kontrol ekspor, tambahnya, Australia dapat mulai menjual lebih banyak cadangan mineralnya untuk membantu menurunkan harga di pasar global, dan melonggarkan kontrol China dalam menetapkan harga.

Baca Juga: China Setop Ekspor Logam Tanah Jarang dan Mineral Kritis Gegara Tarif Baru Trump

Tetapi dia mengatakan bahwa Australia masih belum dapat sepenuhnya menggantikan China. "Jika tujuan (Australia) adalah untuk melayani Barat, untuk lebih berperan penting bagi Barat – terutama AS – ada titik lemah yang dapat dimasuki China – dan yang paling penting adalah pemurnian."
(akr)
Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :
Dua Pentolan BRICS Sepakat...
Dua Pentolan BRICS Sepakat Dukung Perdagangan Bebas di Tengah Tarif Trump
Jegal Dominasi China,...
Jegal Dominasi China, Segini Harta Karun Tanah Jarang Milik Negara Tetangga RI
AS Potong Tarif Barang-barang...
AS Potong Tarif Barang-barang Receh China dari 120% Jadi 54%
Jeda Perang Tarif AS-China,...
Jeda Perang Tarif AS-China, 3 Miliarder Dunia Ini Panen Untung Ratusan Triliun
Setelah AS-China Berdamai,...
Setelah AS-China Berdamai, Siapa yang Akan Jadi Korban Tarif Berikutnya?