JAKARTA - Jenderal TNI (Anumerta) Bambang Utoyo merupakan salah seorang purnawirawan Perwira Tinggi
(Pati) TNI Angkatan Darat (AD). Saat masih aktif di militer, ia pernah menjadi Kepala Staf Angkatan Darat
(KSAD) periode Juni-Oktober 1955.
Foto/WikipediaBambang Utoyo lahir di Tuban, Jawa Timur, 20 Agustus 1920. Lepas dari pendidikan umum, ia masuk pendidikan militer Perwira Gyugun di Pagar Alam pada 1943.
Baca juga: 3 Jenderal Legendaris Sezaman Try Sutrisno, Berkarier di Kopassus hingga Penerima Adhi Makayasa Berawal dari situ, Bambang Utoyo kemudian ikut berjuang bersama TNI. Seiring waktu, kariernya terus melesat hingga dipercaya menjadi KSAD pada pertengahan tahun 1955.
Kisah Bambang Utoyo Dilantik Jadi KSAD DiiringiMusik Damkar
Bambang Utoyo diangkat sebagai KSAD berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI I Nomor 150/VI dan 151/VI tahun 1955 tanggal 10 Juni 1955.
Ia kemudian dilantik oleh Presiden Soekarno pada 27 Juni 1955 di Istana Negara.
Namun, pengangkatan Utoyo sebagai KSAD sebelumnya mendapat penolakan dari banyak perwira Angkatan Darat.
Baca juga: Kisah Jenderal Kopassus Lodewijk Freidrich Paulus, saat Mualaf Disebut Bakal Masuk Neraka hingga Macet Karier Militernya
Bahkan, pelantikannya sempat diboikot, sehingga acara yang awalnya direncanakan di halaman istana akhirnya beralih ke dalam istana negara.
Pada buku ‘Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia’, diungkap bahwa sejumlah perwira memboikot pelantikan Bambang Utoyo sebagai KSAD yang baru. Mereka yang memboikot agenda itu meminta pelantikan KSAD baru segera dianulir.
Tak hanya menolak hadir, barisan musik Angkatan Perang pun tidak disertakan. Namun, pelantikan akhirnya tetap digelar meski tanpa tata cara militer yang lengkap.
Sebagai ganti barisan musik TNI, lagu Indonesia Raya tetap dikumandangkan melalui bantuan barisan musik Pemadam Kebakaran (Damkar).
Secara de jure, Bambang Utoyo diakui sebagai KSAD, tetapi secara de facto sebagian menganggapnya belum melaksanakan tugas.
Boikot untuk Bambang Utoyo tidak berhenti di situ. Setelah dilantik, ia bahkan tidak dibolehkan masuk ke Markas Besar Angkatan Darat (MBAD).
Sebagai gantinya, Utoyo menjalankan tugas sehari-hari di Hotel Des Indes. Pada akhrinya, ia hanya menjabat KSAD selama kurang lebih empat bulan, terhitung sejak 27 Juni 1955 sampai 28 Oktober 1955.
Saat menjabat, ia dikenal dengan julukan ‘KSAD bertangan satu’. Hal ini lantaran Bambang Utoyo memang kehilangan salah satu tangannya akibat sebuah kecelakaan granat yang pernah dialami dulu.
Sebagai penggantinya, Abdul Haris Nasution diangkat menjadi KSAD yang baru. Sementara Bambang Utoyo yang pensiun banyak mengurus Korps Cacat Veteran RI.
Bambang Utoyo wafat pada 4 Juli 1980 dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan. Pada 1997, pemerintah memberinya kenaikan pangkat kehormatan, sehingga menjadikannya menyandang Jenderal (Anumerta).
(shf)