BEIRUT - Kahlil Gibran adalah seorang penulis, penyair, dan seniman kenamaan asal Lebanon. Sejak dulu, ia dikenal luas karena karya-karyanya yang penuh makna filosofis dan spiritual.
Gibran lahir di Bsharri, Lebanon, 6 Januari 1883. Ayahnya bernama Kahlil Gibran Ibn Sa'ad Ibn Yusuf Ibn Gibran. Sedangkan ibunya adalah Kamila binti Khury Asthofary.
Mulai dikenal lewat buku The Prophet, Gibran memiliki banyak kisah menarik yang mengikuti perjalanan hidupnya. Lebih jauh, berikut ini sejumlah fakta mengenai sosoknya yang mungkin jarang diketahui.
Fakta Menarik Gibran
1. Menimba Ilmu Seni di Prancis
Pada riwayat pendidikannya, Kahlil Gibran pernah berkesempatan belajar seni di Paris, Prancis sekitar tahun 1908 hingga 1910.
Momen tersebut banyak berperan penting dalam memperkaya karya seni serta wawasan politiknya.
Melansir NC State University Libraries, Gibran dulu belajar di Academie Julian, sekolah seni ternama di Paris. Ia banyak belajar dari bimbingan seniman seperti Pierre Marcel-Beronneau.
Selama di Paris, Gibran mulai mengembangkan gaya seni yang menggabungkan simbolisme dan romantisme yang kemudian terlihat dalam ilustrasi karya-karyanya.
2. Bertemu Pemikir Politik Suriah
Saat menimba ilmu di Prancis, Gibran juga bertemu dengan para pemikir politik Suriah. Di antaranya seperti Ameen Rihani yang memperkenalkannya pada ide-ide pemberontakan melawan kekuasaan Ottoman yang waktu itu berkuasa.
Siapa sangka, pemikiran rekan barunya itu bisa memengaruhi pandangannya tentang nasionalisme Suriah yang di kemudian hari akan diekspresikan dalam tulisan dan aktivitasnya setelah kembali ke Amerika Serikat.
Jadi, pengalaman di Prancis tidak hanya memperkaya ilmu seni Gibran, tetapi juga membentuk identitasnya sebagai intelektual yang peduli terhadap isu-isu seperti kebebasan dan kemerdekaan.
3. Menulis dalam Bahasa Arab dan Inggris
Pada profesinya, Gibran dikenal sebagai penyair bilingual yang banyak menghasilkan karya dalam bahasa Arab dan Inggris.
Meski terkesan sepele, hal ini sebenarnya cukup berkontribusi untuk menjembatani budaya antara Timur dan Barat.
Awalnya, Gibran mulai menulis dalam bahasa Arab dengan buku-bukunya. Setelah menetap di New York pada 1911, ia mulai menulis dalam bahasa Inggris dan menghasilkan karya terkenalnya seperti The Madman (1918) dan The Prophet (1923).
Kemampuan Gibran menulis dalam dua bahasa memungkinkannya menjangkau pembaca global dan menggabungkan filsafat Timur dengan gaya sastra Barat.
4. Dukungan Vokal terhadap Kemerdekaan Suriah dari Ottoman
Gibran secara aktif mendukung kemerdekaan Suriah yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Ottoman.
Setelah kembali ke Amerika Serikat dari Prancis, ia bahkan bergabung dengan cabang Boston dari Golden Links Society, organisasi internasional Suriah yang mempromosikan ide-ide kemerdekaan dan kebebasan dari kekuasaan Ottoman.
Saat Ottoman akhirnya terusir dari Suriah selama Perang Dunia I (1918), Gibran merayakan momen itu dengan membuat sketsa berjudul Free Syria.
Dukungannya terhadap kemerdekaan Suriah mencerminkan semangat anti-kolonial yang dipicu pengalamannya di Prancis dan interaksinya dengan komunitas diaspora Suriah di Amerika.
5. Punya Warisan Seni Visual yang Abadi
Selain sebagai penyair, Gibran juga dikenal sebagai seniman visual yang produktif. Ia telah menghasilkan ratusan lukisan dan sketsa dengan banyak di antaranya dipamerkan di galeri ternama dunia.
Tak hanya tanah kelahirannya, warisan seni visual Gibran juga dihormati di Amerika Serikat. Karya-karyanya turut memengaruhi budaya populer di sana.
Jadi, meski dibilang meninggal muda pada usia 48 tahun, Kahlil Gibran tetap meninggalkan dampak abadi dalam bidang yang dicintainya.
Baca juga: Mesir Dituding Memata-matai Israel dengan Bantuan Angkatan Udara China (sya)