TEL AVIV - Pesawat militer Turki dilaporkan mengeluarkan sinyal peringatan elektronik dan terlibat dalam operasi pengacauan pada Jumat malam dalam upaya untuk mencegah jet-jet tempur
Israel beroperasi di wilayah udara Suriah.
Ulah langka militer Ankara "mengerjai" jet tempur Zionis itu terjadi di tengah gelombang pengeboman baru di berbagai wilayah Suriah.
Itu terjadi saat jet-jet tempur Israel melancarkan serangan udara di beberapa lokasi, termasuk di wilayah Hama dan Damaskus, yang memicu pengawasan baru atas pelanggaran kedaulatan Suriah yang sedang berlangsung.
Baca Juga: Jet-jet Tempur Israel Bombardir Damaskus Dekat Istana Presiden Suriah Kantor berita pemerintah Suriah,
SANA, melaporkan bahwa seorang warga sipil tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan Israel di pinggiran Harasta dan kota al-Tall dekat Damaskus selama pengeboman pada hari Jumat.
Otoritas Penyiaran Israel mengonfirmasi campur tangan Turki, dengan melaporkan: "Pesawat Turki mengirimkan sinyal peringatan dan mengganggu jet tempur Israel agar mereka meninggalkan wilayah udara Suriah."
Pejabat Turki telah menyuarakan rasa frustrasi yang meningkat atas perluasan operasi Israel di Suriah, yang dianggap Ankara sebagai ancaman terhadap kepentingannya dan stabilitas regional.
Hanya dua hari sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Turki telah meminta Israel untuk menghentikan serangan udaranya, dengan memperingatkan: "Pada tahap yang sensitif ini bagi Suriah, merupakan tugas masyarakat internasional untuk berkontribusi dalam membangun keamanan dan stabilitas di Suriah."
"Dalam konteks ini, Israel harus mengakhiri serangan udaranya, yang merusak upaya menuju persatuan dan integritas teritorial Suriah," imbuh pernyataan kementerian tersebut.
Dalam perkembangan yang mengejutkan, beberapa sumber mengatakan kepada
Al Jazeera, Minggu (4/5/2025) bahwa sebuah helikopter militer Israel mendarat sebentar di Suwayda sebelum berangkat, tanpa alasan yang jelas.
Militer Israel kemudian mengumumkan bahwa mereka telah menargetkan baterai antipesawat dan infrastruktur rudal permukaan-ke-udara Suriah, dengan menyatakan bahwa mereka akan terus bertindak sebagaimana diperlukan untuk melindungi warga negara Israel.
Serangan yang paling bermuatan politis terjadi sehari sebelumnya, di dekat istana presiden di Damaskus. Dalam pernyataan bersama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant membingkai serangan itu sebagai "pesan peringatan" kepada pemerintah Suriah, bersumpah untuk tidak menoleransi pengerahan pasukan di selatan Damaskus atau ancaman terhadap minoritas Druze.
Israel telah mencoba memposisikan dirinya sebagai "pelindung" komunitas Druze di Suriah, dengan mengatakan bahwa mereka telah campur tangan di negara itu untuk melindungi mereka.
Namun, sebagian besar komunitas Druze Suriah telah menjauhkan diri dari Israel dan pada hari Jumat, sebuah serangan udara Israel di provinsi Suwayda di Suriah selatan menewaskan empat warga Druze.
Banyak yang percaya Israel berupaya mengacaukan Suriah dengan mengobarkan dan mengeksploitasi ketegangan sektarian yang ada. Israel telah secara terbuka menyatakan keinginannya untuk memecah belah Suriah berdasarkan garis etnis dan sektarian.
Namun, para pemimpin Druze baru-baru ini merilis sebuah video yang menegaskan kesetiaan mereka kepada negara Suriah yang bersatu dan menolak seruan untuk perpecahan atau pemisahan diri.
Momentum ini sangat penting, di mana ketegangan yang baru-baru ini berkobar di pinggiran kota Damaskus yang dihuni oleh Druze setelah sebuah rekaman audio muncul yang mengaku berisi pernyataan ofensif oleh seorang anggota komunitas Druze tentang Nabi Muhammad SAW.
Rekaman tersebut diyakini dibuat-buat tetapi menyebabkan bentrokan mematikan antara milisi bersenjata Sunni dan Druze di pinggiran kota Damaskus; Ashrafieh Sahnaya dan Jaramana, dengan pemerintah Suriah berupaya memulihkan ketertiban.
Turki telah memposisikan dirinya sebagai pendukung utama pemerintah Suriah dan telah mengisyaratkan minat untuk mengerahkan pasukan dan pertahanan udara ke lokasi-lokasi strategis seperti pangkalan udara T4 dan Hama, yang keduanya telah menjadi sasaran serangan Israel sebelumnya.
Bagi Israel, meningkatnya kehadiran Turki dipandang sebagai tantangan langsung terhadap kampanye jangka panjangnya untuk merebut tanah dan menguasai sebagian wilayah Suriah setelah jatuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad.
(mas)