TEHERAN - Media-media Amerika Serikat (AS) melaporkan bahwa Presiden
Donald Trump berencana akan menyebut Teluk Persia sebagai Teluk Arab. Laporan itu telah memicu kemarahan Iran.
Trump akan berkunjung ke Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab pada 13-16 Mei 2025. Selama kunjungan itu, dia dilaporkan akan mengumumkan keputusan Amerika untuk penyebutan perairan penting itu dengan nama Teluk Arab.
Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Rabu, Trump mengatakan dia memperkirakan tuan rumahnya akan bertanya tentang nama yang digunakan AS untuk jalur perairan tersebut selama perjalanan pertamanya ke Timur Tengah sejak berkuasa kembali di Gedung Putih.
Baca Juga: Iran Pamer Rudal Baru yang Siap Serang Pangkalan AS, Namanya Qassem Basir "Saya harus membuat keputusan," kata Trump menanggapi pertanyaan tentang apakah dia akan membuat pengumuman tentang nama perairan tersebut, seperti dikutip
Al Jazeera, Kamis (8/5/2025).
"Saya tidak ingin menyakiti perasaan siapa pun. Saya tidak tahu apakah perasaan akan terluka," ujarnya.
"Saya akan diberi pengarahan tentang itu dan saya akan membuat keputusan," imbuh Trump.
Nama jalur air itu telah lama menjadi sumber ketegangan antara negara-negara Arab dan Iran.
Iran berpendapat bahwa Teluk Persia adalah nama yang tepat mengingat bukti sejarah, termasuk peta kuno, yang menunjukkan bahwa wilayah itu adalah bagian dari wilayahnya.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, dan negara-negara Arab lainnya menggunakan istilah "Teluk Arab" atau "Teluk" untuk jalur perairan tersebut.
Pada 2023, Teheran memanggil duta besar Irak untuk memprotes penggunaan nama "Piala Teluk Arab" oleh Baghdad untuk turnamen sepak bola utama di kawasan tersebut.
Pada 2012, Iran mengancam akan menuntut raksasa internet Google karena membiarkan jalur perairan itu tidak disebutkan namanya pada layanan peta daringnya.
Menteri Luar Negeri Iran Seyed Abbas Araghchi mengecam laporan tentang rencana Trump soal penyebutan nama perairan itu.
"Usulan terbaru tentang perubahan nama tersebut menjadi indikasi niat bermusuhan terhadap Iran dan rakyatnya," katanya.
"Tindakan tersebut hanya akan mendatangkan kemarahan semua orang Iran dari semua lapisan masyarakat," paparnya.
"Tindakan bias seperti itu merupakan penghinaan bagi semua orang Iran, terlepas dari latar belakang atau tempat tinggal mereka," imbuh Araghchi dalam sebuah posting di X pada Kamis pagi.
"Mari kita berharap bahwa rumor tidak masuk akal tentang Teluk Persia yang beredar tidak lebih dari sekadar kampanye disinformasi oleh 'pejuang abadi' untuk membuat marah orang Iran di seluruh dunia dan membuat mereka gelisah."
Dalam salah satu tindakan pertamanya sebagai presiden, Trump pada Januari lalu menandatangani perintah eksekutif untuk mengganti nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika.
(mas)