floating-Benang Merah antara...
Benang Merah antara Jenderal Pakistan, Osama bin Laden, dan Senjata Nuklir
Benang Merah antara...
Benang Merah antara Jenderal Pakistan, Osama bin Laden, dan Senjata Nuklir
Minggu, 11 Mei 2025 - 08:57 WIB
NEW DELHI - Media-media India menyoroti keterkaitan seorang jenderal terkenal Pakistan dengan pendiri al-Qaeda Osama bin Laden, dan persenjataan nuklir Islamabad, di tengah perang kedua negara.

Sosok jenderal yang dimaksud adalah Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, Direktur Jenderal Hubungan Masyarakat Antar-Layanan Pakistan (ISPR).

Ketegangan antara India dan Pakistan telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir, yang memaksa Letnan Jenderal Chaudhry untuk tampil lebih sering di media daripada biasanya.

Baca Juga: Ledakan Menggelegar Beberapa Jam setelah India dan Pakistan Sepakat Gencatan Senjata

Hal itu memicu media-media India menyoroti keluarganya. Letnan Jenderal Chaudhry adalah putra Sultan Bashiruddin Mahmood, seorang insinyur nuklir yang pernah dihormati oleh negara Pakistan, dan kemudian dikenai sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas dugaan hubungannya dengan organisasi teroris, termasuk al-Qaeda.

Menurut laporan NDTV, Minggu (11/5/2025), selama puluhan tahun menjabat di Komisi Energi Atom Pakistan (PAEC), Mahmood memainkan peran penting dalam pengembangan infrastruktur nuklir Pakistan, berkontribusi pada pembangunan pabrik pengayaan uranium dan desain reaktor yang diperlukan untuk transisi Pakistan dari uranium ke kemampuan senjata berbasis plutonium. Fasilitas-fasilitas ini menjadi tulang punggung persenjataan nuklir Pakistan.

Namun, afiliasi pascapensiun dan kecenderungan ideologis Mahmood-lah yang paling banyak menimbulkan kekhawatiran di kalangan badan intelijen Barat.

Pada awal tahun 2000-an, Mahmood mendirikan Ummah Tameer-e-Nau (UTN), yang mengeklaim sebagai LSM yang beroperasi di Afghanistan yang dikuasai Taliban.

Kegiatan UTN meliputi pembangunan sekolah dan infrastruktur di Kandahar. Intelijen Amerika Serikat (AS) dan Pakistan kemudian menemukan bahwa organisasi tersebut berfungsi sebagai kedok untuk keterlibatan yang lebih dalam dengan jaringan teror.

Menurut PBB, Mahmood dan rekannya; Chaudhri Abdul Majeed, bertemu Osama bin Laden dan Ayman al-Zawahiri pada bulan Agustus 2001, beberapa minggu sebelum serangan 11 September 2001 di AS, yang dikenal sebagai serangan 9/11.

Meskipun tidak ada bukti konklusif yang muncul yang menunjukkan bahwa teknologi senjata nuklir telah ditransfer, pertemuan tersebut memicu kekhawatiran di Washington dan menyebabkan penangkapan dan interogasi Mahmood oleh otoritas Pakistan.

"UTN memberi Osama bin Laden dan Taliban informasi tentang senjata kimia, biologi, dan nuklir. Selama kunjungan UTN ke Afghanistan, Bashir-Ud-Din bertemu dengan bin Laden dan para pemimpin al-Qaeda serta membahas senjata nuklir, kimia, dan biologi. Selama tahun 2001, Bashir-Ud-Din juga bertemu dengan Mullah Omar, yang terdaftar sebagai Mohammed Omar Ghulam Nabi. Selama pertemuan lanjutan, seorang rekan Osama bin Laden menyatakan bahwa dia memiliki bahan nuklir dan ingin tahu cara menggunakannya untuk membuat senjata. Bashir-Ud-Din memberikan informasi tentang infrastruktur yang dibutuhkan untuk program senjata nuklir dan dampak senjata nuklir," demikian bunyi pernyataan PBB.

Badan Intelijen Pakistan, ISI, akhirnya membebaskan Mahmood dengan alasan bahwa dia tidak memiliki pengetahuan teknis untuk merakit senjata nuklir secara mandiri.

Lahir di Pakistan dan menempuh pendidikan di Inggris, Mahmood dianugerahi Sitara-e-Imtiaz, penghargaan sipil tertinggi ketiga di Pakistan, oleh mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif. Ironisnya, Mahmood kemudian menjadi kritikus vokal Sharif.

Tulisan ilmiah Mahmood juga menampilkan jin, makhluk mitologi yang sering muncul dalam literatur Islam. Menurut Mahmood, makhluk ini adalah kunci untuk memecahkan krisis energi bumi.

Putranya, Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, muncul secara profesional melalui jalur terpisah, yakni Angkatan Darat Pakistan. Dilatih sebagai perwira di Korps Teknik Listrik dan Mekanik, Chaudhry telah memegang berbagai jabatan, termasuk dalam direktorat operasi militer dan Organisasi Sains dan Teknologi Pertahanan (DESTO), sebuah lembaga yang terlibat dalam penelitian pertahanan Pakistan.

DESTO telah dikenai sanksi AS menyusul uji coba nuklir Pakistan pada tahun 1998, meskipun sanksi tersebut dilonggarkan setelah 9/11 untuk memfasilitasi kerja sama dalam Perang Melawan Teror.

Menurut buku "The Man from Pakistan" karya jurnalis investigasi Douglas Frantz dan Catherine Collins, Mahmood memandang persenjataan nuklir Pakistan bukan sebagai aset, tetapi sebagai milik kolektif komunitas Muslim.

Dia percaya bahwa senjata nuklir harus dibagi dengan negara-negara Islam lainnya, khususnya negara-negara yang berhadapan dengan Barat.

Buku itu menjelaskan pertemuan tahun 2001 di Kandahar saat Mahmood dan Majeed menawarkan arahan teknis kepada para anggota al-Qaeda.
(mas)
Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :
4 Negara Islam Terkuat...
4 Negara Islam Terkuat Secara Militer, Nomor 3 Sedang Perang dengan Tetangganya
7 Negara yang Kekurangan...
7 Negara yang Kekurangan Tenaga Kerja, Kebanyakan Adalah Negara Maju
India dan Pakistan Saling...
India dan Pakistan Saling Usir Diplomat, Dituding Jadi Mata-mata
Profil Revolusioner...
Profil Revolusioner India Mahatma Gandhi: Pemberontak yang Tak Pernah Meneriakkan Perang
Pakistan Tembak Jatuh...
Pakistan Tembak Jatuh Jet Tempur Rafale India, Indonesia Tetap Beli 42 Unit Rp133,9 Triliun?