floating-Jet Tempur J-10C Buatan...
Jet Tempur J-10C Buatan China Jatuhkan Rafale Prancis, Pengamat: Jangan Terburu-buru Menyimpulkan
Jet Tempur J-10C Buatan...
Jet Tempur J-10C Buatan China Jatuhkan Rafale Prancis, Pengamat: Jangan Terburu-buru Menyimpulkan
Minggu, 11 Mei 2025 - 11:17 WIB
JAKARTA - Pengamat Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi merespons kabar jet tempur buatan China J-10C menembak jatuh jet tempur buatan Prancis Rafale dalam pertempuran Pakistan-India. Dia meminta agar jangan terburu-buru menyimpulkan.

“Terkait laporan yang menyebutkan jet tempur Rafale milik India berhasil ditembak jatuh oleh jet tempur J-10C milik Pakistan, kita tentu perlu mencermatinya secara objektif dan tidak buru-buru menyimpulkan bahwa Rafale inferior atau tidak layak. Ini bukan sekadar soal pesawat A lebih unggul dari pesawat B, melainkan persoalan yang jauh lebih kompleks,” kata Khairul Fahmi kepada SindoNews, Minggu (11/5/2025).

Menurut dia, ada sejumlah hal yang perlu digarisbawahi sebelum menarik kesimpulan. Apalagi, kata dia, dalam konteks Indonesia yang telah memesan 42 unit Rafale dari Prancis.

Baca juga: 3 Jet Tempur Rafale Prancis, 1 MiG-29 dan 1 SU-30 India Ditembak Jatuh Pakistan

Pertama, kemenangan atau kekalahan dalam pertempuran udara tidak serta-merta menunjukkan keunggulan atau kelemahan absolut sebuah platform. Dia membeberkan banyak faktor yang menentukan hasil konfrontasi udara.

“Kemampuan pilot, sistem sensor, dan radar pendukung, integrasi sistem tempur, kecanggihan avionik, kemampuan rudal udara ke udara, hingga situasi taktis saat kejadian termasuk elemen kejutan atau taktik operasional,” ungkapnya.

Baca juga: 6 Perwira Tinggi TNI Angkatan Udara Naik Pangkat dan 4 Pensiun

Dalam insiden ini, lanjut dia, misalnya, bisa saja Pakistan memiliki keunggulan situasional karena bertahan di wilayah udaranya sendiri, atau karena memiliki dukungan intelijen dan radar yang lebih baik dalam momen tersebut.

Baca juga: AS: Jet Tempur J-10 China Milik Pakistan Tembak Jatuh 2 Pesawat India, Salah Satunya Rafale

Kedua, J-10C dan Rafale memiliki keunggulan yang berbeda. J-10C dikenal sebagai pesawat generasi 4.5 yang mengandalkan radar AESA, rudal PL-10 dengan pencitraan pencari inframerah (IRST), dan rudal udara-ke-udara (AAM) PL-15.

Sementara Rafale unggul dalam kemampuan multirole, manuverabilitas tinggi, avionik canggih, dan integrasi sistem peperangan elektronik. “Jadi, ketika Rafale tertembak jatuh, itu tidak otomatis berarti pesawat tersebut ‘kalah kelas’, melainkan bisa jadi karena keunggulan taktis atau momen spesifik yang dieksploitasi lawan,” tuturnya.

Ketiga, setiap insiden semacam ini juga sering menjadi ajang glorifikasi atau pembuktian bagi produsen dan pemasar alutsista. Dalam industri pertahanan global yang sangat kompetitif, keberhasilan di medan tempur kerap dimanfaatkan sebagai bukti superioritas produk.

Baca juga: 10 Sebab Jet Tempur J-10C Pakistan Bisa Tembak Jatuh 3 Rafale India yang Lebih Canggih

“Jadi, baik produsen J-10C (China) maupun Rafale (Prancis) pasti akan memanfaatkan narasi yang menguntungkan untuk kepentingan pemasaran global mereka,” jelasnya.

Keempat, harus ingat bahwa setiap pembelian alutsista bukan hanya soal performa teknis saja. Dia menjelaskan, keputusan strategis seperti ini mempertimbangkan banyak hal: transfer teknologi, jaminan logistik, interoperabilitas, kepentingan diplomatik, dan kebutuhan penguatan struktur kekuatan udara jangka panjang.

“Kita tidak bisa mengevaluasi pembelian hanya karena satu insiden tempur. Rafale dipilih karena kemampuannya yang sudah teruji di berbagai konflik, tawaran paket kerja sama industri dan relasi strategis berkelanjutan yang cukup menarik bagi Indonesia,” ungkapnya.

Baca juga: Pakistan Jatuhkan Rafale India, Saham Produsen Jet Tempur J-10 China Melonjak

“Jadi, insiden ini justru menjadi pelajaran penting untuk dicermati, tapi tidak perlu dijadikan dasar untuk meragukan akuisisi Rafale oleh Indonesia. Yang jauh lebih penting justru bagaimana Indonesia mempersiapkan seluruh ekosistem operasional dan pendukungnya,” sambungnya.

Misalnya, lanjut dia, fasilitas pemeliharaan, pelatihan pilot, integrasi sistem C4ISR, penguatan pertahanan udara, serta simulasi-simulasi taktik tempur. Hal-hal tersebut harus disiapkan secara komprehensif untuk menyambut Rafale.

“Terutama agar kehadirannya di wilayah udara Indonesia tidak sekadar menjadi simbol, melainkan benar-benar bisa digunakan secara optimal, sebagai bagian dari sistem pertahanan udara nasional yang modern dan efektif,” pungkasnya.
(rca)
Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :
Konferensi Parlemen...
Konferensi Parlemen OKI Dimulai, Bahas Kejahatan Israel hingga Perdamaian India-Pakistan
Kenapa India dan Pakistan...
Kenapa India dan Pakistan Menjadi Musuh Bebuyutan ? Ini Sejarah Lengkapnya
Jenderal India Tak Setuju...
Jenderal India Tak Setuju Perang Habis-habisan Melawan Pakistan: Ini Bukan Film Bollywood!
India Tak Gentar dengan...
India Tak Gentar dengan Ancaman Senjata Nuklir Pakistan
PM India Narendra Modi:...
PM India Narendra Modi: Pakistan Panik dan Memohon Gencatan Senjata