SOFIA - Presiden Bulgaria Rumen Radev mengatakan gagasan
Ukraina menang perang atas
Rusia adalah mustahil. Presiden dari negara anggota NATO tersebut kemudian mempertanyakan tujuan Uni Eropa memperpanjang perang Kyiv-Moskow dengan terus memasok senjata ke Ukraina.
Menurut Radev, jalan Kyiv menuju kemenangan perang atas Rusia "telah hancur". Dia membuat pernyataan itu dalam sebuah posting Facebook pada hari Jumat, bertepatan dengan perayaan Hari Kemenangan Rusia di Moskow yang menandai peringatan 80 tahun kemenangan Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Radev mengatakan perang Rusia-Ukraina merupakan "tragedi zaman kita", di mana beberapa dekade setelah Perang Dunia II, perselisihan internasional di Eropa sekali lagi diselesaikan dengan cara militer.
Baca Juga: Ini Jawaban Rusia setelah Ditekan untuk Gencatan Senjata 30 Hari dengan Ukraina “Eropa tidak memiliki visinya sendiri untuk mengakhiri [perang Rusia-Ukraina] dan membangun perdamaian, tetapi terus berinvestasi dalam tujuan yang, menurut pendapat saya, sudah pasti gagal,” tulis pemimpin Bulgaria tersebut.
Dia menambahkan bahwa mencurahkan lebih banyak senjata ke Ukraina tidak akan membawa perdamaian lebih dekat, menyebutnya sebagai “harapan utopis” yang justru mengarah pada kebalikannya–-bahkan lebih banyak korban, kehancuran, dan hilangnya wilayah Ukraina setiap hari.
Radev lantas mempertanyakan tujuan Uni Eropa dalam memperpanjang perang Rusia-Ukraina.
“Apakah Eropa takut akan kembalinya perdamaian? Karena kembalinya perdamaian juga berarti mengembalikan perhatian publik pada krisis yang membara di negara dan masyarakat kita,” katanya, menekankan bahwa Eropa harus belajar dari pelajaran Perang Dunia II, meninggalkan pendekatan militeristiknya, dan sebaliknya berfokus pada solusi diplomatik.
“Eropa harus ingat bahwa persatuan dan kemakmuran dapat terwujud berkat upaya bersama untuk memberantas persaingan, kebencian, dan pertikaian yang menyebabkan Perang Dunia Kedua,” katanya, seperti dikutip dari
Russia Today, Minggu (11/5/2025).
Radev menentang pengiriman bantuan militer ke Kyiv dan merupakan salah satu dari sedikit pemimpin Uni Eropa yang menentang sikap garis keras Brussels terhadap Moskow.
Rusia telah memperingatkan agar tidak memberikan bantuan militer Barat kepada Ukraina, dengan mengatakan hal itu hanya akan memperpanjang konflik.
Moskow menawarkan gencatan senjata selama 72 jam dari tengah malam tanggal 8 Mei hingga tengah malam tanggal 11 Mei untuk memperingati Hari Kemenangan Perang Dunia II, dengan menggambarkan tawaran tersebut sebagai isyarat kemanusiaan yang bertujuan untuk membuka jalan bagi perundingan perdamaian langsung tanpa prasyarat.
Ukraina menepis tawaran tersebut sebagai “manipulasi” dan menuntut gencatan senjata selama 30 hari sebagai gantinya.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Ukraina melancarkan beberapa serangan dari berbagai jenis, termasuk empat upaya penyerbuan lintas batas ke wilayah Rusia di Kursk dan Belgorod, menyusul deklarasi gencatan senjata Rusia. Sebaliknya, Ukraina mengatakan sebaliknya.
(mas)