ISLAMABAD - Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, Direktur Jenderal Hubungan Masyarakat Antar-Layanan (DG ISPR)
Pakistan, mengumumkan pasukan negaranya telah menyerang 26 target militer dan fasilitas di
India selama pertempuran pekan lalu.
Puluhan target tersebut, kata dia, terlibat dalam mengobarkan terorisme di Pakistan.
“Target tersebut termasuk pangkalan Angkatan Udara dan penerbangan di Suratgarh, Sirsa, Adampur, Bhooj, Nalia, Bathinda, Barnala, Halwara, Avantipura, Srinagar, Jammu, Mamoon, Ambala, Udampur, dan Pathankot— yang semuanya mengalami kerusakan besar," katanya, seperti dikutip dari surat kabar
Dawn, Senin (12/5/2025).
Baca Juga: Ini Jawaban Resmi Militer India soal Klaim Jet Tempur Rafale-nya Ditembak Jatuh J-10 Pakistan Jenderal Chaudhry menambahkan bahwa fasilitas misil BrahMos, yang telah menembakkan rudal ke Pakistan dan menewaskan warga sipil tak bersalah, juga hancur.
Terorisme Tak Ada Hubungannya dengan Islam dan Pakistan
Jenderal tersebut mengatakan Pakistan terus menderita momok terorisme, sementara India adalah pihak yang mensponsori dan mendukungnya.
Juru bicara militer Pakistan menekankan perlunya persatuan nasional, dengan menyatakan bahwa negaranya selalu berdiri kokoh seperti tembok baja dalam menghadapi ancaman dan harus terus melakukannya.
“Tembok baja ini juga akan menghancurkan terorisme. Negara Pakistan, dengan dukungan rakyatnya, tengah melakukannya. Kami memiliki 14 poin Rencana Aksi Nasional, kami harus melaksanakannya secara menyeluruh,” paparnya.
“Terorisme tidak akan hilang hanya dengan berunding dengan India. Kami tidak mencari ke luar, kami tidak memohon siapa pun untuk berhenti melakukan ini. Strategi kami bukanlah harapan. Kami adalah bangsa yang bangga dan kami akan menghabisi terorisme ini. Tidak boleh ada keraguan," imbuh dia.
Menanggapi pertanyaan lain tentang terorisme, DG ISPR mengatakan, “Kami akan menaklukkan terorisme. Kami berada di jalan yang benar, ideologi mereka [teroris] menyimpang. Itu tidak ada hubungannya dengan Islam, atau kemanusiaan atau Pakistan. Membunuh orang tak berdosa, bom bunuh diri, meledakkan masjid, bagaimana ini berhubungan dengan Islam atau kemanusiaan?”
Menurutnya, Pakistan memiliki tentara yang tangguh dalam pertempuran. “Yang kami butuhkan hanyalah bersatu seperti yang telah kita lakukan bersama, dan bangsa ini, demi kelangsungan hidup dan kemakmurannya, bersatu,” tegasnya.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa meskipun ada upaya untuk mengurangi kepercayaan pada lembaga, bangsa Pakistan bersatu selama masa krisis.
“Negara itu seperti seorang ibu. Kita semua dibesarkan di bawah asuhannya, sebagian lebih, sebagian kurang. Ada perbedaan, tetapi itu tidak membuat kita mulai saling bertarung. Persatuan dan tekad kita telah diperkuat," paparnya.
Lebih lanjut, DG ISPR memperingatkan orang-orang agar tidak mempercayai semua yang diproyeksikan di media dan media sosial terkait dengan konflik India-Pakistan.
“Jika kita mengikuti perilaku media dalam konflik ini, maka ada 15 serangan yang dilakukan Pakistan, Karachi dibakar, Quetta hilang dan Tuhan tahu apa yang terjadi. Ada seorang pilot wanita dalam tahanan kita. Mari kita coba dan berpegang pada fakta,” katanya.
Pernyataan jenderal Pakistan ini berbeda dengan klaim militer India bahwa semua pilot jet tempurnya telah pulang ke rumah setelah menjalankan misi Operasi Sindoor, yang menurut mereka, telah tercapai.
(mas)