floating-Pimpinan Demo Diminta...
Pimpinan Demo Diminta Antisipasi Penyusup dan Taat Protokol Kesehatan
Pimpinan Demo Diminta...
Pimpinan Demo Diminta Antisipasi Penyusup dan Taat Protokol Kesehatan
Kamis, 08 Oktober 2020 - 08:58 WIB
JAKARTA - Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta menyatakan unjuk rasa serentak di berbagai kota untuk menentang UU Cipta Kerja yang diputuskan pemerintah dan DPR memang sangat rawan menjadi ancaman serius di sisi keamanan dan kesehatan.

Terlebih, Polri dikabarkan telah mengamankan kelompok diduga 'anarko' yang dari hasil tes mereka dinyatakan reaktif COVID-19. Menurut Stanislaus, dari sisi keamanan ada potensi ancaman penyusupan dari kelompok tertentu dan sudah terjadi di beberapa titik. (Baca juga: 12 Remaja yang Ikut-ikutan Demo UU Cipta Kerja di DPR Reaktif Corona)

"Kelompok ini bahaya karena bisa memicu buruh dan mahasiswa untuk melakukan aksi anarkis," ujar Stanislaus saat dihubungi SINDOnews, Kamis (8/10/2020).

Sedangkan, lanjut Stanislaus, dari sisi kesehatan sangat jelas aksi unjuk rasa akan menjadi klaster baru penyebaran COVID-19. Maka itu, aparat keamanan harus bekerja keras melakukan deteksi dini cegah dini adanya penyusupan dan ancaman provokasi. (Baca juga: Tak ke Istana, KSPI Pusatkan Mogok Nasional di Kawasan Industri)

"Intelijen harus bekerja keras. Masing-masing korlap (kordinator lapangan) harus mampu mengendalikam kelompoknya dan taat protokol kesehatan. Unjuk rasa kali ini sangat rawan," katanya.
(kri)
Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :
IMPSU Desak Pembuat...
IMPSU Desak Pembuat Onar di Pabrik Es Batu Kristal di Langkat Ditangkap
Anggota DPRD Dilecehkan,...
Anggota DPRD Dilecehkan, Ratusan Kader Gerinda di Banggai Desak Pelaku Persekusi Diadili
Tenda Aksi Tolak RUU...
Tenda Aksi Tolak RUU TNI di Kawasan DPR Digusur, Satpol PP: Di Atas Trotoar, Pejalan Kaki Tidak Bisa Lewat!
Demo Menentang Trump...
Demo Menentang Trump Digelar di Penjuru Dunia, Ada Berlin, Frankfurt, Paris, dan London
Penampakan Demo Besar...
Penampakan Demo Besar di Amerika Serikat Menentang Trump, Diikuti 250.000 Orang