floating-Omnibus Law Disahkan,...
Omnibus Law Disahkan, Tahun Depan Langkah Tepat Buat IPO
Omnibus Law Disahkan,...
Omnibus Law Disahkan, Tahun Depan Langkah Tepat Buat IPO
Rabu, 11 November 2020 - 13:38 WIB
JAKARTA - Beranjak dari periode terberat pada kuartal II 2020, perekonomian Indonesia telah memasuki fase pemulihan, ditopang oleh relaksasi social distancing, likuiditas yang kuat, dukungan fiskal yang berkelanjutan, dan inflasi yang terkendali. Dampak sinergi kebijakan antara stimulus fiskal pemerintahdan kebijakan moneter ekspansif mulai terlihat. Selain itu, reformasi hukum baru-baru ini akan menghasilkan inflow yang lebih kuat tahun depan. Sementara peningkatan agregat demand domestik akan tetap menjadi penunjang utama pemulihan ekonomi.

Direktur BRI Danareksa Sekuritas Boumediene Sihombing mengatakan ada 5 faktor pendukung utama penunjang pemulihan ekonomi, diantaranya peresmian Omnibus Law menjadi UU No. 11 2020 yang akan menciptakan kerangka hukum yang lebih kuat, dengan perkiraan detail peraturan dalam beberapa minggu ke depan sehingga tahun depan ekonomi diperkirakan akan lebih baik.

"Kedua, likuiditas yang kuat yang memastikan adanya demand yang cukup untuk fase pemulihan. Ketiga, hasil Pemilu AS, dengan antisipasi adanya minat yang lebih kuat terhadap pertumbuhan pasar emerging market, terutama Indonesia yang beberapa tahun ke belakang ini terus mengalami foreign outflow," katanya saat webinar, di Jakarta, Rabu (11/11/2020).

Baca Juga: Ini Dia Penggosok Saham-Saham BUMN Jadi Kinclong

Keempat, adanya roadmap yang jelas untuk menekan perkembangan pandemi melalui vaksinasi yang akan mendukung pemulihan bisnis. Kelima, parameter makro yang membaik seperti rupiah yang stabil serta inflasi yang terkendali akan memberikan ruang untuk fleksibilitas kebijakan moneter apabila diperlukan. Melihat berbagai parameter dan berbagai faktor ini, sambung dia, maka tahun 2021 diperkirakan menjadi waktu yang tepat untuk melakukan proses IPO .

"Tahun 2021 merupakan timing yang tepat bagi perusahaan startup yang ingin melantai di Bursa, dengan beberapa pertimbangan seperti perkembangan teknologi yang pesat selama Covid-19 mampu mengubah pola hidup masyarakat, dimana teknologi menjadi aset yang paling dicari oleh investor baik retail maupun institusi," jelas dia.

Baca Juga: Startup Masih Sedikit yang Melantai di Bursa, Bos BRI Ventures Ungkap Keuntungannya

Selanjutnya adanya peningkatan jumlah investor ritel pasar modal per Oktober 2020 yang telah mencapai lebih dari 4,1 juta investor, atau meningkat lebih dari 1 juta investor dariposisi sama tahun lalu, terutama dari kalangan milenial. Selain itu, ada akses kepada pendanaan baru.

Dengan menjadi perusahaan publik maka akan memberikan akses yang lebih mudah terhadap berbagai sumber pendanaan untuk pertumbuhan perusahaan kedepannya. Tahun depan ada tren pergeseran dari business model atau produk yang berbasis konvensional ke sesuatu yang mengarah ke digitalisasi.

"Electronic Initial Public Offering (e-IPO) mulai Januari 2021 mendatang, memberikan kemudahan bagi calon emiten maupun para investor untuk berpartisipasi dalam IPO," ujar Boumediene.
(nng)
Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :
10 Saham Paling Boncos...
10 Saham Paling Boncos dalam Sepekan 21-25 April 2025, Intip Daftarnya
Rapor Bursa Sepekan:...
Rapor Bursa Sepekan: IHSG Naik 3,74 Persen, Market Cap Tumbuh Rp441 Triliun
IHSG Akhir Pekan Dibuka...
IHSG Akhir Pekan Dibuka Hijau ke 6.660, Unilever Pimpin Top Gainers
Prabowo: Kalau Pangan...
Prabowo: Kalau Pangan Aman, Nggak Usah Takut Saham Naik Turun
Pasar Saham Menghijau,...
Pasar Saham Menghijau, IHSG Dibuka Menguat ke Level 6.455