JAKARTA - Sejak akhir 2020, banyak vendor ponsel yang melebarkan produknya ke kategori baru yang disebut
AIoT . Apa itu
AIoT dan apa dampaknya ke konsumen?
Sederhananya, AIoT bisa di definisikan ketika
kecerdasan buatan (AI) dilebur dengan teknologi
Internet of Things (IoT). Ketika digabungkan, dampak kedua teknologi tersebut akan sangat dahsyat.
BACA JUGA: Samsung Galaxy S21 Ultra 5G Ternyata Jauh Lebih Hemat Baterai Dibanding iPhone 12 Pro Max Dalam sudut pandang konsumen, IoT bisa disebut sebagai berbagai perangkat yang terkoneksi ke internet. Sebut saja smart speaker, kulkas, mesin cuci, smartwatch, hingga TWS/wireless earbuds.
Benda-benda ini disebut
internet of things karena mereka terhubung ke internet.
Nah, sekarang perangkat-perangkat tersebut semakin pintar karena dibenamkan kecerdasan buatan di dalamnya. AI akan berperan dalam mengolah data, mengalisa, bahkan memberikan rekomendasi.
Ketika IoT sebenarnya sudah digagas bertahun-tahun lalu, tapi AIoT yang baru popular 1-2 tahun terakhir tiba-tiba diprediksi langsung meroket. Mengapa?
1. Brand Smartphone Ingin Memperluas PasarSejak lima tahun terakhir, pabrikan ponsel sudah memprediksi bahwa pertumbuhan pasar ponsel stagnan. Pada 2012 sampai 2013, misalnya, penjualan ponsel tumbuh dari 700 juta unit ke 1 miliar unit dalam setahun. Besar sekali.
Namun, sejak 2016-2020, pasar ponsel global tidak lagi tumbuh stagnan. Angkanya tidak jauh-jauh dari 1.5 miliar unit per tahun.
Karena itu, pabrikan ponsel butuh sumber pemasukan berbeda. Konsepnya adalah, menciptakan sebuah ekosistem perangkat yang bisa terhubung ke smartphone. Itulah IoT.
2. Jaringan InternetTidak perlu jaringan 5G, sudah banyak hal yang bisa dicapai menggunakan jaringan 4G. Misalnya mengakses aplikasi yang semakin kompleks seperti Gojek dan Grab.
Jaringan internet 4G LTE ini juga sudah cukup untuk memungkinkan masing-masing perangkat bisa berkomunikasi/bicara (machine to machine/M2M).
Sehingga, tanpa 5G pun sebenarnya konsep AIoT sudah bisa di akses atau sudah bisa berjalan.
3. Teknologi Sudah MatangTeknologi IoT pun butuh waktu untuk berkembang. Butuh waktu agar fiturnya benar-benar dibutuhkan oleh konsumen. Juga harganya mampu menjangkau konsumen.
Nah, sekarang hal itu sudah terjadi. Teknologi AIoT semakin canggih, sensor-sensor semakin terjangkau, ukurannya juga semakin kecil.
Harga smart TV semakin menurun, speaker portable juga makin terjangkau.
4. Konsumen Sudah Siap Tidak hanya teknologi, konsumen juga butuh kesiapan. Ketika awal 2015 smartwatch masuk ke Indonesia, OS-nya belum sempurna, desainnya masih jelek, dan fungsinya masih terbatas.
Sekarang, orang merasa butuh untuk membeli smartwatch karena relevan dengan gaya hidup dan kegiatan mereka. Desainnya cantik, fungsinya beragam. Misalnya mengukur SpO2 dalam darah, mengukur jarak dan heart rate mereka saat berolah raga, dan masih banyak lagi.
BACA JUGA: 8 Alasan Mengapa OPPO Reno5 Cocok Diajak Main Call of Duty: Mobile 5. Softwarenya/AI Mengapa AIoT adalah masa depan? Karena kecerdasan buatan mampu mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada di IoT. Lewat
voice recognition yang jadi inti dari AI, pengguna bisa “memerintahkan” speaker pintar untuk mematikan dan menyalakan lampu atau TV.
Menggunakan AI, maka sensor-sensor, dan kumpulan data yang dihimpun oleh perangkat IoT dapat di analisis. AI dapat meningkatkan fitur dan fungsi komunikasi machine to machine dan human to machine, dan dengan memanfaatkan data sensor untuk membuat jaringan berjalan lebih efisien.
Secara singkat, AI akan membuat perangkat-perangkat pintar jadi lebih pintar lagi, dan adaptif (menyesuaikan dengan penggunanya), serta memberikan rekomendasi sesuai dengan kebiasaan/tingkah laku konsumen.
(dan)