MAKASSAR - Sejumlah program yang merupakan bagian dari
Makassar Recover yang digagas Wali Kota Makassar Ramdhan 'Danny'Pomanto menuai kritik. Bukan saja karena membutuhkan anggaran yang besar, tapi juga peruntukannya yang sebagian masih dipertanyakan.
Salah satunya pegadaan alat
GeNose yang saat ini akan memasuki tahap screening. Program tersebut diklaim akan menjadi salah satu alat andalan dalam mendeteksi Covid-19 di Makassar.
Dikatakan alat tersebut akan mencover seluruh warga Kota Makassar yang berjumlah 1,5 juta jiwa, dimana per plastiknya dihargai sebesar Rp10.000 sehingga dibutuhkan anggaran sebesar Rp15 miliar.
Baca Juga: Dewan Tagih Transparansi Penggunaan Anggaran Makassar Recover Selain itu, pemerintah juga dilaporkan akan mengadakan kontainer di setiap kelurahan untuk mem-backup program
GeNose tersebut, nilainya mencapai Rp100 juta per unit. Total anggaran yang diperlukan sebesar Rp15,3 miliar untuk 153 kelurahan.
Alhasil, pelaksanaan GeNose tersebut akan menelan anggaran hingga Rp30,3 miliar. Meski membutuhkan anggaran yang besar, rupanya efektivitas GeNose masih diperdebatkan.
Pengamat Sosiologi Politik Universitas Hasanuddin (
Unhas ), Sawedi Muhammad menilai, semestinya pemerintah memberlakukan belanja barang terhadap alat-alat yang benar-benar sudah teruji. Hal tersebut sebagai upaya pencegahan agar risiko buang-buang anggaran tidak terjadi.
Baca Juga: Dorong Transparansi Vaksinasi COVID-19, Ombudsman: Menghindari Kecemburuan Masyarakat "GeNose ini masih kontroversi. Alat ini baru sebatas klaim dari penelitinya, dan belum teruji validasinya atau triangulasi dari validitas atau efektivitas dan efisiensinya," sebut Sawedi.
Sebagai contoh, alat GeNose dilaporkan tidak efektif bagi perokok. Adapun bagi yang sedang melakukan traveling, perlu jeda waktu dan berpuasa sebelum dilakukan pengujian. "Jadi sebenarnya tidak begitu efektif," lanjut Sawedi lagi.
Hal itu juga diakui sendiri oleh
Wali Kota Makassar yang justru terkesan ragu. Kata dia pengadaan tersebut masih akan dilihat efekvitasnya di lapangan dibanding pendahulunya yaitu PCR dan Swab.
"Walaupun sudah dipakai di pesawat, tapi kan saya juga harus memperhatikan pendapat para senior kedokteran, yang bukan meragukan, tapi dianggap GeNose belum teruji. Sehingga saya perlu uji. Jadi kita fair saja. Jadi ini barang susah. Nanti kalau kita tidak uji, terus kita pakai nanti dibilang sekongkol dengan GeNose," tukas Danny, Minggu (4/4/2021).
Baca Juga: Danny Bakal Nonaktifkan RT/RW, Dewan: Kemunduran Demokrasi (agn)