Sosok Tan Peng Nio, perempuan etnis
Tionghoa yang merupakan salah seorang prajurit hebat dalam perang para
pejuang Tanah Air melawan penjajah Belanda pada 1740. Karena keberaniannya, dia bahkan disebut-sebut mirip dengan tokoh Mulan, pejuang perempuan asal China.
Foto/IstSaat itu Belanda menjajah Indonesia melalui kongsi dagang Hindia Timur Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Baca juga: Kisah Cinta Terlarang Amangkurat 1 dengan Ratu Malang dan Dikurungnya 60 Dayang Tan Peng Nio angkat senjata melawan kebrutalan penjajah Belanda dengan kepanjangan tangan VOC pasca terjadinya Geger Pecinan. Kondisi Jakarta genting lantaran terjadi pembantaian Etnis Tionghoa oleh tentara VOC Belanda yang bengis dan kejam.
Gonjang-ganjing menghadapi ancaman pembunuhan oleh tentara Belanda membuat Tan Peng Nio akhirnya memilih mengungsi ke arah timur. Menempuh perjalanan jauh, dia akhirnya tiba di wilayah Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah.
Foto/IstTan Peng Nio dalam perjalanan di Kutowinangun bertemu dengan Kiai Honggoyudho yang mahir membuat senjata. Pertemuan itu membuat semangatnya untuk melawan penjajah VOC Belanda berkobar.
Dengan kemampuan beladiri dan siasat perang yang dimiliki, Tan Peng Nio pun bergabung dengan pejuang kemerdekaan dan bertempur melawan tentara Belanda dengan menyamar sebagai seorang laki-laki.
Baca juga: Awal Mula Panembahan Senopati Bercinta dengan Nyi Roro Kidul di Laut Selatan Dia ikut bersama Pangeran Garendi saat peperangan dan penyerbuan selama 16 tahun (1741-1757). Saat itu Tan Peng Nio masuk ke dalam pasukan khusus bentukan KRT Kolopaking II yang beranggotakan 200 prajurit untuk bertempur melawan tentara Belanda.
Konon prajurit wanita yang mirip dengan kisah heroik Mulan dari China itu berperang dengan menyamar sebagai seorang laki-laki. Pasukan ini dikirimkan untuk membantu pasukan Pangeran Garendi melawan tentara kompeni Belanda yang kejam dan bengis.
Peperangan yang berlangsung selama bertahun-tahun itu akhirnya berujung pada perundingan Giyanti pada 13 Februari 1755. Perundingan ini dilakukan antara VOC Belanda dengan Kerajaan Mataram yang diwakili oleh Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi. Hingga akhirnya perundingan menyepakati pembagian kekuasaan Kerajaan Mataram kepada Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi.
Selanjutnya usai perundingan Giyanti, Mulan Van Java ini menikah dengan KRT Kolopaking III. Pasangan ini memutuskan menetap di daerah Kebumen, Jawa Tengah. Usai menikah Tan Peng Nio mendapat gelar Raden Ayu (RA).
Foto/Ist
Pernikahannya dengan KRT Kolopaking III dikaruniai dua anak, yakni KRT Endang Kertawangsa dan RA Mulat Ningrum. RA Tan Peng Nio meninggal dan dimakamkan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Alian, Kebumen, Jateng. Kini makamnya RA Tan Peng Nio yang bercorak Tionghoa itu masih terawat dengan baik.
Diketahui dari sejarahnya, Tan Peng Nio merupakan putri dari Jenderal Tan Wan Swee seorang pejabat saat Kaisar Qianlong berkuasa pada 25 September 1711-1799. Kaisar ini berasal dari Dinasti Qing di China. Sang jenderal melakukan pemberontakan terhadap terhadap kaisar namun berakhir dengan kegagalan.
Usai kudeta gagal, Tan Peng Nio kecil kemudian dititipkan kepada Lia Beeng Goe, seorang ahli pembuat peti mati dan ahli bela diri yang merupakan sahabat ayahnya. Tan Peng Nio selanjutnya diajak melarikan diri oleh Lia Beeng Goe ke Singapura, dan berlanjut ke Jakarta.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber(shf)