JAKARTA - Pembukaan kembali
China dari kebijakan pembatasan pandemi Covid-19 disebut sebagai penopang pertumbuhan
ekonomi global di 2023. Sebagaimana diketahui, tahun ini kondisi ekonomi global tengah dibayangi
resesi global .
Baca Juga: Ekonomi China Terpuruk di 2022, Terparah Kedua dalam Setengah Abad Ekonom dan Mantan Gubernur Bank Reserve of India, Raghuram G. Rajan mengatakan, pembukaan kembali China pasca Covid-19 dapat menurunkan kekhawatiran global akan keterpurukan yang terjadi akibat penguncian wilayah atau lockkdown.
“Meski konsumsi masyarakat belum akan tinggi seperti semula, namun permintaan dari China akan terus meningkat,” kata Raghuram dalam Chief Economist Briefing, World Economic Forum 2023 di Davos, Selasa (17/1/2023).
Dengan dibukanya kembali China, aktivitas produksi diproyeksikan akan meningkat. Menurutnya, harga sejumlah barang akan perlahan melandai karena suplai yang mulai tercukupi.
“Sejauh permintaan akan terus ada, saya pikir pembukaan kembali China akan sangat positif,” ujar dia.
Baca Juga: Tahun Politik 2023 dan Ancaman Resesi Global Hal senada disampaikan oleh, Chief Economist Automatic Data Processing Inc (ADP), Nela Richardson mengatakan, bahwa pembukaan kembali China dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi global. Bukan hanya didorong proses perdagangan yang terjadi di China, tapi juga proses perdagangan yang dilakukan melalui China.
“Itu penting dalam fungsi sebagai fasilitator perdagangan,” imbuh Nela.
Sebagai informasi, China membuka kembali perbatasannya pada 8 Januari 2023 lalu. Pembukaan ini dilakukan untuk pertama kalinya sejak Negeri Tirai Bambu itu menutup negaranya sejak Maret 2020 karena pandemi Covid-19.
Pemerintah China memutuskan untuk meninggalkan kebijakan nol Covid yang ditetapkan sebelumnya, karena mendapatkan protes dari masyarakat setempat.
(akr)