Sejak bulan Maret 2022, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed terus menaikkan suku bunga hingga hari ini yang pada gilirannya bakal berdampak terhadap Indonesia.
Wall Street ditutup mengalami sedikit penurunan saat investor mengikuti kabar soal lelang akhir pekan First Republic Bank (FRC.N) dan bersiap untuk kenaikan suku Federal Reserve atau The Fed.
Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserves (The Fed) diprediksi akan kembali menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada Mei mendatang.
Bank Indonesia (BI) diprediksi akan tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada angka 5,75% setidaknya hingga akhir tahun.
Ketika 3 bank di Amerika Serikat (AS) bangkrut diterpa tren suku bunga tinggi The Fed ditambah inflasi tinggi, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo bilang begini.
Federal Reserve memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% pada pada kisaran 4,75%-5% mencapai level tertinggi sejak Oktober 2007.
Wall Street ditutup melemah tajam pada perdagangan Rabu (22/3/2023) waktu setempat setelah Federal Reserve AS menyampaikan kenaikan suku bunga 25 basis poin.
Wall Street dibuka melemah pada Kamis (16/3). Kekhawatiran investor AS terhadap krisis di industri perbankan global kembali mengemuka setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengerek suku bunga.
Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 15-16 Maret 2023 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75%.
Ekonom memprediksi Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga. Hal ini sebagai antisipasi kenaikan FFR dan adanya potensi risiko inflasi tinggi saat Ramadan.
Bank Indonesia (BI) diprediksi akan kembali mempertahankan suku bunga acuan BI7RR di level 5,75% jelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan.
S&P 500 (.SPX) memperpanjang penurunan beruntun empat sesi karena Wall Street berakhir melemah secara luas pada perdagangan Rabu (22/2/2023) waktu setempat.